Posts Subscribe to InFoGauL Comments

Dharma Universal

Dharma itu hanya satu, bukan banyak. pem-bedaan muncul karena kepentingan orang-orang yang tidak tahu. ( Seng-Ts'an , Sesepuh Zen Ketiga ) . Dharma Universal ( Kebenaran Universal ) yang bukan milik eksklusif individu atau kelompok tertentu, karena kebenaran tidaklah diskriminatif, " bagai sang surya menyinari dunia ", tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih. 

Perbedaan itu beda dengan Pembedaan !! " Per-bedaan " seyogianya tidak dipandang sebagai alasan " Pem-bedaan ". Per-bedaan atau keragaman adalah suatu sifat alamiah dari jagad raya ini, yang telah ada, masih ada, dan akan selalu ada. Pelangi akan selalu berwarna-warni. Bukankah di situlah indahnya pelangi?

Lain halnya dengan "Pem-bedaan". Pem-bedaan timbul karena pikiran yang diskriminatif, yang dualistik, yang melekat pada konsep baik-buruk, menang-kalah, untung-rugi, suka-tidak suka. Sikap pembedaan dan kelekatan ini berakar dari ketidak tahuan ( moha ), dan dengan cepat akan terpupuk menjadi dualisme ketamakan ( lobha ) dan kebencian ( dosa ).

Betapapun tampak baiknya atau terasa nikmatnya, "pembedaan" tidak akan membawa kita pada kedamaian dan kebahagiaan sejati. Dalam tingkat ekstrem, pikiran yang diskriminatif dan melekat ini justru akan mendatangkan penderitaan, entah disadari atau tidak, diakui atau tidak.

Bhinneka Tunggal Ika Masihkah kita ingat semboyan Ibu Pertiwi yang pernah kita hafalkan sejak kecil ini? Semoga kita tidak hanya menganggapnya sebagai sekadar hiasan dinding di bawah gambar burung. Bukan main-main, ini adalah semboyan negeri kita ini. Semboyan ini dikutip dari sebuah puisi Jawa Kuno dari Kitab Sutasoma karya Mpu Prapanca yang hidup pada abad ke-14 di Kerajaan Majapahit. Pada waktu itu, puisi ini dibuat untuk menggambarkan toleransi antara pemeluk ajaran Buddha dan Hindu.

Kutipan lengkapnya adalah: Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa ( Arti harfiah: " Mereka memang berbeda, namun mereka adalah sama, karena kebenaran adalah satu." ) Secara singkat, Bhinneka Tunggal Ika ini berarti " biarpun berbeda tetapi tetap satu dharma ".

Keragaman adalah suatu/satu kebenaran, biarpun kita semua berbeda, tetapi pada hakikatnya kita adalah satu. Semangat ini pulalah yang menjadi dasar toleransi (dasar menyikapi perbedaan ) dalam segenap aspek kehidupan. Perbedaan adalah hakikat kehidupan sepanjang masa. Masihkah pikiran kita akan " membeda-bedakan " atau mempertanyakan lagi kenapa kita " berbeda "? Segala sesuatu memang berbeda, tetapi justru itulah " kesamaannya ", itulah " kesatuannya ".

We are one: semua ingin bahagia ada satu kesamaan di antara kita semua, semua makhluk hidup di jagad raya ini, besar atau kecil, tampak atau tak tampak, manusia atau hewan, tanpa terkecuali: semua tidak ingin menderita, semua ingin bahagia! kalau kita renungi baik-baik, layakkah kita membenci, menganiaya, merugikan, bahkan membunuh makhluk lain? keinginan untuk bahagia, tak diragukan lagi telah menjadi tenaga penggerak utama ( kalau bukan satu-satunya)  seluruh roda kehidupan.

Namun sayang, dalam memenuhi naluri dasar ini, karena ketaktahuan, kita tersilaukan, terjebak, dan tersesat. Kita berbuat ini dan itu dengan alasan demi kebahagiaan, namun alih-alih mendapatkan kebahagiaan sejati, kita malah menuai rasa cemas dan menderita. Dalai Lama mengatakan, " Penderitaan adalah faktor paling dasar yang sama-sama kita alami dengan makhluk lain. Inilah faktor yang mempersatukan kita dengan semua makhluk hidup " , Inilah semangat yang seharusnya mempersatukan kita semua: semua ingin bahagia!

Prinsip Dharma Universal di dalam mewujudkan visi dan misi berpegang pada prinsip sebagai berikut :
  • Keragaman sudut pandang dipahami sebagai kebenaran relatif atau kebenaran mutlak secara kontekstual. 
  • Konsep/teori/spekulasi filosofis hanya dianggap sebagai gambaran pengalaman, bukan pengalaman itu sendiri. 
  • Pengalaman kebenaran mutlak adalah sesuatu yang tak terungkap dengan kata.
Pikiran yang tak-lekat adalah esensi pemersatu berbagai pengalaman kebebasan. Cinta kasih tanpa pilih kasih adalah esensi praktik Dharma Universal. Dharma Universal merupakan " esensi " dari segala ajaran. namun, dengan adanya begitu banyak pandangan dan tradisi, bagaimana kita bisa menemukan esensi yang dimaksud?

Berikut adalah pendekatan yang disarankan:
  • Ciptakan dasar pemahaman yang mendalam akan suatu pandangan. 
  • Bersikap terbuka dan mau mempelajari pandangan lain. 
  • Mencintai perbedaan dan mencari kesamaan hakiki yang ada dalam setiap pandangan. 
Ketaklekatan Menurut ajaran Buddha, ada satu benang merah yang mempersatukan berbagai tradisi dan pengalaman kebebasan. Benang merah pemersatu tersebut adalah ketaklekatan (anupadana). 

Semua tradisi Buddhis mengakui bahwa kelekatan adalah sumber penderitaan; kelekatan adalah hambatan bagi pembebasan sejati dan kebahagiaan mutlak. Tiga jenis kelekatan mendasar adalah kelekatan terhadap kesenangan indrawi (kama), pandangan (ditthi), dan konsep diri (atta).

Buddha berkata: " Wahai para bhikkhu, bahkan pandangan ini, yang demikian murni dan demikian jelas, jika engkau terikat padanya secara berlebihan, jika engkau terlalu membanggakannya, jika engkau terlalu menghargainya, jika engkau melekat padanya, engkau tidak mengerti bahwa ajaran itu serupa dengan sebuah rakit yang dipakai untuk menyeberang, bukannya untuk dilekati erat-erat." ( M.I. 260; Miln. 316 )
Read more >>