Posts Subscribe to InFoGauL Comments

Filosofi Seputar Keris

Dimasa lalu, setiap pria Jawa terutama bangsawan dan priyayi, pada saat menjalankan tugasnya sehari-hari, selalu mengenakan busana tradisional lengkap dengan sebilah keris dipinggangnya. Setiap priyayi paling tidak memiliki dua buah, satu untuk dipakai harian, sedangkan yang lain untuk upacara resmi dan upacara di karaton. Tentu saja, keris yang kedua mempunyai kualitas dan penampilan yang lebih bagus. 

Dizaman kuno, keris dipergunakan sebagai senjata untuk berperang ataupun untuk bertarung satu lawan satu. Pada saat ini, fungsi keris adalah untuk pelengkap busana tradisional. Namun demikian, keris tetap dihargai, diperlakukan dengan baik. Orang tradisional menghargai keris sebagai pusaka yang berharga dan barang seni yang bernilai tinggi. Keris dinilai berkualitas tinggi, kalau mempunyai penampilan fisik yang anggun dan punya daya spiritual yang bagus. 

Orang Yang Sempurna Menurut penilaian tradisional Jawa, seseorang telah dianggap sempurna kalau dia telah mempunyai lima hal, yaitu: Wismo, Wanito, Kukilo, Turonggo dan Curigo/Keris. 

Penjelasan singkatnya sebagai berikut : 

Wismo artinya rumah. Orang yang telah mempunyai rumah tentunya penghasilannya cukup dan hidupnya mapan. Wanito. Orang yang telah kawin dan punya istri ( demikian pula tentunya seorang wanita yang telah menikah), artinya telah memilih jalan hidup yang benar dan bertanggung jawab. 

Kukilo artinya burung. Penjelasan filosofisnya adalah : nyanyian burung itu merdu bagai music atau alunan gamelan. Mendengar suara lembut, orang merasa tenang, enak, bahagia. Alangkah indahnya, bila seorang ayah,kepala keluarga berbicara dengan suara lembut ,itu tentu sangat menenangkan dan menyenangkan seluruh keluarga. 

Turonggo artinya kuda. Kuda adalah alat transportasi yang praktis dimasa lalu. Dia bisa dipakai menarik andong ataupun bisa ditunganggi untuk bepergian. Dalam hal ini, orang hendaknya memiliki kendaraan kehidupan ( mempunyai jalan hidup) yang bisa dengan baik dikendalikan supaya hidupnya mapan. 

Curigo atau Keris. Keris itu tajam ujungnya. Ini melambangkan ketajaman pikir. Adalah sangat penting orang punya pikiran yang tajam dengan wawasan yang luas.Itu adalah urutan dimasa dulu. Kini, ada yang menyatakan bahwa urutan pertamanya adalah keris dengan alasan : otak yang cemerlang, intelligentsia adalah paling penting.

Secara umum, sebuah keris mempunyai dua bagian penting, yaitu warongko/sarung dan wilah atau bilah keris. Warongko adalah pakaian untuk melindungi bilah. Sejak dulu ada dua macam bentuk warongko, yaitu Branggah atau Ladrang dan Gayaman. Branggah dikenakan pada waktu upacara resmi dan kebesaran, sedangkan Gayaman untuk dipakai harian. Selain itu ada dua macam gaya warongko yaitu Gaya Ngayogyokarto dan Surokarto. 

Sebuah keris dari kualitas tinggi, punya penampilan yang bagus. Bagian luar keris terdiri dari (dari atas kebawah): Ukiran/pegangan; Mendhak/cincin; Warongko/sarung dari kayu yang langsung membungkus bilah keris dan Pendhok/ sarung atau pembungkus warongko yang terbuat dari bahan metal yang diukir. Supaya “pakaian luar” dari bilah keris bagus dan menarik, diperlukan bantuan seniman yang mumpuni dan ahli dalam bidangnya. Sebuah keris yang bagus, klasik, hanya bisa dibuat oleh seorang Empu Keris, yang memang ahli dan berpengalaman dalam bidang pembuatan keris. 

Keris yang bagus juga memerlukan materi yang bagus ,berupa : besi, nikel dan baja yang bermutu. Kadang-kadang batu meteor yang mengandung titanium juga dipergunakan untuk menciptakan pamor yang indah yang muncul dibilah keris. Seni Tempa Bilah keris dibuat dengan cara ditempa ditungku milik empu, dengan suara yang bertalu-talu memukuli campuran besi, nikel dan baja dengan percikan-percikan api merah menyala tersebar diruangan tempa. 

Di Besalen, tempat penempaan keris, diruang perapian telah disiapkan bahan-bahan baku untuk keris berupa 5 kg lempengan besi yang berukuran kira-kira lebar 4 cm, tebal 2 cm, panjang 15 cm; 50 gram nikel dan 0,5 kg baja. Tiga komponen itu dicampur dengan jalan ditempa dan dibakar. Besi dipanaskan, ditempa berulang-ulang. Nikel diselipkan antara lempengan besi, dipanaskan membara sampai ukuran panjang tertentu, lalu dilipat dua dan ditempa. 

Proses ini dilaksanakan berulang-ulang sampai mencapai lipatan yang dikehendaki, tergantung kepada bentuk tampilan dari keris yang dikehendaki. Penempaan haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati dan jeli supaya muncul pamor bagus yang diinginkan dibilah keris. Sesudah itu, lempengan baja dengan besi dan nikel yang telah ditempa, dipanaskan lagi sampai membara dan ditempa lagi untuk menguatkan bilah keris. Bilah keris dibentuk sesuai kehendak, bisa dibuat Keris Lurus atau Keris Luk, dengan bengkokan. 

Jadi pembuatan keris sesuai dengan blueprintnya dengan menggunakan pelbagai alat pertukangan. Supaya bisa memunculkan pamor yang indah, selain nikel diperlukan batu meteor sebagai tambahan. Pencampuran metal berlapis-lapis dan penempaan adalah teknik yang diterapkan untuk menghasilkan bilah keris yang kecil, kuat, tipis. 

Pada tahap finishing, bilah keris di-sepuhi, yaitu dipanaskan tetapi tidak sampai membara kemudian disepuh supaya kuat, awet dan bagus . Keris dicelupkan kedalam ember yang berisi air kelapa atau cairan campuran dari sulfur, jus jeruk dan garam. Keris sudah siap dan beratnya kira-kira 0,4 kg saja! Pada saat ini untuk membuat sebuah keris yang bagus dan berkualitas klasik, diperlukan : 100 kg arang jati, dan dikerjakan selama 40 hari atau bahkan lebih untuk jenis keris yang lebih rumit. Sang Empu biasanya dibantu oleh dua orang pembantu untuk penempaan. 

Peran Empu Keris Dizaman kuno , masyarakat tradisional sangat menghormati empu keris. Setiap kerajaan tentu punya empu-empu keris andalannya. Para empu membuat keris atas pesanan dari raja, pangeran dan petinggi istana. Tentu saja ada empu yang menerima pesanan dari priyayi kecil, prajurit, guru, seniman, petani, pedagang dan berbagai orang yang bekerja dibermacam bidang. Pada masa lalu, setiap orang hanya menyimpan keris yang khusus dibuat untuknya oleh seorang empu keris. Itu prinsip utamanya. Kedua, pejabat istana mengenakan keris jabatan yang dipinjamkan oleh raja . 

Pejabat-pejabat yang mendapatkan pinjaman “Keris Jabatan” biasanya adalah Patih, Menteri, Hulubalang, Adipati, Bupati dlsb. Mereka boleh menyimpan keris –keris tersebut selama masih menjabat. Ketiga, seseorang yang menerima hadiah keris dari raja atau atasannya. Keempat, anak yang menerima keris dari ayahnya. Dulu ada kebiasaan, seorang ayah memberikan keris kepada putra-putranya telah dewasa. Juga menantu laki-laki yang menerima keris dari mertuanya. Dia boleh menyimpan keris tersebut selama dia masih menjadi menantu, tetapi kalau dia cerai dengan istrinya, kerisnya harus dikembalikan. 

Secara prinsip, untuk masyarakat tradisional, keris merupakan milik pribadi, karena keris dibuat untuk pemiliknya dengan bantuan seorang Empu Keris dan keris tersebut mengandung harapan pemilik supaya mempunyai kehidupan yang berhasil lahir batin. Kehendak pribadi yang merasuk kedalam keris tersebut akan berlaku selamanya dan itu merupakan enerji yang kuat untuk selalu menjaga dan membantu pemiliknya demi mencapai cita-citanya. Oleh karena itu, dimasa kuno tidak ada perdagangan keris, karena setiap keris hanya melayani tuannya,pemiliknya. 

Dalam perkembangan ada jual beli keris. Ketika membeli keris, selain bentuk dan pamor yang diperhatikan, yang paling penting untuk dideteksi adalah enerji spiritual atau tuah keris yang merupakan tugas utama yang asli dari keris itu. Anda harus memilih keris yang “kehendak spiritualnya” sesuai dengan kehendak anda. Supaya anda dan keris tersebut mempunyai hubungan yang harmonis. Anda menyenangi keris tersebut, memperlakukannya dengan patut, sehingga keris juga merasa aman dan tenang ditangan anda dan , mestinya si keris akan melayani tuan barunya dengan sepenuh hati. 

Keris atau “isi” keris bisa diajak berdialog, disebut “nayuh” dalam bahasa Jawa.Seandainya, anda belum bisa menayuh keris, jangan ragu untuk meminta bantuan seorang ahli menayuh keris. Ada istilah halus yang dipakai dalam perdagangan keris, bila anda mau membeli keris, anda tidak menanya: “Berapa harga keris ini?” Tetapi anda harus mengatakan : “Berapa” Mas Kawin” keris ini?”, seolah anda melamar untuk memiliki keris itu. 

Setiap kali seorang empu membuat keris, sesuai dengan tata cara baku, dia harus terlebih dahulu mempersiapkan diri secara batin. Dia harus membersihkan jiwa raganya, lahir batin dengan cara berpuasa, mengurangi tidur dan tidur sebentar sesudah tengah malam, berhari-hari melakukan meditasi. Dia dengan khusuk memohon kepada Gusti, Tuhan untuk membuat keris yang bagus dan cocok untuk pemesannya. Sang Empu juga memohon supaya selama proses pembuatan segalanya berjalan lancar, aman; dia, para pembantunya dan si pemesan supaya selamat dan supaya dia diberi berkah untuk berhasil membuat keris sesuai dengan permintaan pelanggannya. 

Dia juga akan memohon restu dari gurunya atau almarhum gurunya dalam meditasinya. Sesudah yakin bahwa dia telah mendapatkan berkah Ilahi, dia juga akan meminta supaya si pemesan juga melakukan tirakatan dengan membersihkan jiwa raganya lahir batin dan berdoa kepada Gusti, Tuhan supaya diperkenankan untuk mempunyai keris baru yang bagus dan cocok. Bila perlu dia juga harus berpuasa untuk beberapa hari. Yang paling penting, selama proses pembuatan keris, dia harus mempunyai pikiran dan hati yang bersih. Empu akan mencatat nama lengkapnya, pekerjaannya, hari, tanggal, bulan dan tahun kelahirannya, bentuk /dapur keris dan pamor keris yang diminta dan tentu saja harapan akan mission kerisnya. Data tersebut akan dipergunakan oleh Empu untuk mulai pembuatan keris, supaya bisa dibuat keris yang berkualitas. 

Seperti dalam adat, sesaji tradisional diadakan dan ditaruh dalam besalen dengan tujuan positif untuk mendapatkan berkah dan perlindungan Gusti, Tuhan selama berlangsungnya proses pembuatan keris. Keris apa yang akan dibuat dan apa misi dari keris tersebut, itu tentu disesuaikan dari pekerjaan si pemesan. Semua orang tentu mempunyai kemauan yang baik, tetapi setiap profesi tentu mempunyai ke-khasan masing-masing.Misalnya ada berbagai profesi seperti : raja, pejabat tinggi Negara, birokrat, prajurit, saudagar, petani, executive, diplomat, guru, satpam, dll. Sehingga, kiranya mudah dimengerti bahwa sebuah keris yang bagus untuk seorang pedagang, belum tentu cocok dipakai oleh pegawai negeri sipil. Selain enerji spiritual asli yang diciptakan selama proses pembuatan keris, ada pula keris yang “diisi” oleh mahluk halus yang disebut khodam untuk membantu melindungi atau menolong pemilik keris. 

Sifat Fisik Keris Keris Lurus dan Keris Luk Ada Keris Lurus dan Keris Luk. Ada berbagai macam Keris Luk seperti Keris Luk 3, artinya keris dengan belok 3, ada Keris Luk 5, Keris Luk 7, Keris Luk 9 dll. Keris Lurus dan Keris Luk mempunyai arti simbolis. 
  • Keris Lurus melambangkan kepercayaan diri dan mental yang kuat. 
  • Keris Luk 3 melambangkan keberhasilan cita-cita. 
  • Keris Luk 5 melambangkan : dicintai oleh banyak orang. 
  • Keris Luk 7 melambangkan kewibawaan. 
  • Keris Luk 9 melambangkan kewibawaan, kharisme dan kepempiminan. 
  • Keris Luk 11 melambangkan kemampuan untuk mencapai pangkat tinggi. 
  • Keris Luk 13 melambangkan : kehidupan stabil dan tenang. 
Dapur Keris Dapur atau bentuk khusus keris ditunjukkan oleh kombinasi dari bagian-bagian keris dan luk dari keris. Dapur-dapur keris diciptakan oleh raja-raja Jawa. Di masa kuno, sudah ada 19 macam dapur keris seperti Sempana, Tilam Upih, Jalak Dhindhing, Kebo Lajer dll, ciptaan para raja kuno dengan empu-empu terkenal, seperti : 
  • Sri Maharaja Dewa Buddha dari Kerajaan Medhangkamulan di Gunung Gede, Jawa Barat ditahun Saka 142.
  • Empu Ramayadi. Sang Raja Balya dari Kerajaan Medhangsiwanda, Madiun, Jawa Timur ditahun Saka 238. 
  • Empu Sakadi. Raja Berawa dari Kerajaan Medhangsiwanda, di sebelah utara Gunung Lawu, Grobogan, Jawa Tengah. 
  • Empu Sukasadi. Raja Buddhawana dari Kerajaan Medhangsiwanda di tahun Saka 216. 
  • Empu Bramakedhali. Prabu Buddha Kresna dari Kerajaan Medhangkamulan di tahun Saka 246. 
  • Empu Saptagati. Prabu Sri Kala dan Watugunung dari Kerajaan Purwocarito di tahun Saka 412. 
  • Empu Sunggata dan Janggito. Raja Basupati di Wiroto, Purwocarito di tahun Saka 422. 
  • Empu Dewayasa. Raja Drestarata di Astinapura, Purwocarito, di tahun Saka 725. 
  • Empu Mayang. Pada tahun Saka 748, terjadi perang Baratayuda versi Jawa. Perang hebat itu menghancurkan segalanya termasuk musnahnya semua senjata keris dan tombak dll. Memakan waktu satu abad untuk kerajaan-kerajaan baru memerintahkan para empu untuk membuat keris dengan dapur yang sudah ada dan bahkan ditambah lahirnya dapur-dapur baru. 
  • Raja Gendrayana dari Mamenang, Jawa Timur. Di tahun Saka 827 mencipta dapur Pandawa, Karna Tinandhing dan Bima Kurda. 
  • Empu Yamadi. Raja Citrasoma dari Pengging, Jawa tengah, di tahun Saka 941 mencipta dapur Rara Sadewa dan Megantara. 
  • Empu Gandawisesa. Raja Banjarsekar dari Pejajaran, Jawa Barat. Ditahun Saka 1186 mencipta dapur Parungsari, Tilamsekar dan Tilamupih. 
  • Empu Andaya. Raja Ciung Wanara dari Pejajaran, Jawa barat. Ditahun 1284 Saka mencipta dapur Jangkung dan Pandawa Cinarita.
  • Empu : Marcukandha, Macan dan Kuwung. Raja Brawijaya V, ratu terakhir Kerajaan Majapahit, Jawa Timur. Ditahun Saka 1380 mencipta dapur Nagasasra, Sabukinten, Anoman dll. 
  • Empu Dhomas. Dimasa Raja Shah Alam Akbar ( Raden Patah), ratu pertama Demak, Jawa Tengah, beberapa wali dari Walisongo yaitu Sunan Bonang mencipta dapur Sengkelat. 
  • Empu Suro, ditahun Saka 1429. Sunan Kalijaga mencipta dapur Kidangsoka dan Balebang. 
  • Empu Jakasuro. Sejak saat itu, tidak ada dapur baru yang diciptakan. Para empu penerus hanya melanjutkan pembuatan keris dengan dapur-dapur sebelumnya yang jumlah seluruhnya ada 120 dapur. 
Setiap dapur mempunyai arti simbolis yang berbeda. Simbol Dapur Ternama Zaman Dahulu : 
  • Sempana artinya mimpi, maksudnya terimalah pengetahuan atau ajaran itu secara bijak. 
  • Tilam Upih adalah untuk mengingatkan : Sebaiknya anda memperlakukan orang lain seperti anda memperlakukan istri anda, artinya dengan baik dan penuh perhatian. Demikian juga perlakuan anda terhadap keris anda, seyogyanya seperti perlakuan kepada istri . 
  • Karno Tinanding . Ini mengingatkan supaya setiap saat orang itu terus belajar untuk menambah ilmu dan ketrampilannya. Didunia ini harus siap berlomba untuk menambah kepandaian. Itulah makna kehidupan, tidak ada yang kalah. 
  • Sabuk Inten adalah permata sangat indah. Untuk menjadi orang yang mulia dan dihormati, anda harus punya budi pekerti luhur, tata krama dan tata susila.
Read more >>

Serat Jiwa

Aku adalah kebijaksanaan tertinggi yang memahami sesuatu dari segala sisi, Aku memahami kebaikan dari keburukan dan keburukan dari kebaikan , Aku melihat yang tampak dari yang tersembunyi dan melihat yang tersembunyi pada apa yang tampak, kebijaksanaanku melihat segala sesuatu sedang berjalan ke arah kebaikan, Aku terbebas dari penilaian baik dan buruk karena Aku adalah kesempurnaan dalam kebaikan dan keburukan, Aku menyinari kegelapan membasahi yang kering mengeringkan yang basah, Aku mengisi yang kosong memberi yang meminta melepaskan yang terikat.. 

Kesejatian dan kebenaranku bukanlah sekadar tubuh yang kelak akan ku tinggalkan setelah kematian, kau bukan pula pikiran yang sering terjebak dalam ketidak tahuannya, kau adalah kecerdasan tak terbatas yang terkunci dalam pikiran yang terbatas, kau adalah yang selalu hidup dan yang pergi saat kematian tetapi kau sendiri tidak pernah mati… Aku adalah sebuah ketiadaan, tanpa awal dan tanpa akhir, berjalan diantara keabadian semu dan terpaku nanar dilembah lembah kesunyian, sajakku bergumam disela sela pencarian akan hakikat hidup, 

Aku adalah kekosongan sekaligus yang mengisi kekosongan semesta raya , Aku mewujudkan diriku sebagai bagian yang tak termiliki., kita tak pernah menanamkan apa apa dan takkan pernah mendapatkan apa apa, Aku adalah sastra jendra yang mencari air kehidupan dan setelah semuanya usai Aku akan kembali kedalam kedamaian dipelukan sang pencipta yang tiada awal dan tiada akhir… Ia berisi kebenaran yang mengalir dari Pikiran Atas Sadar Yang Hidup Selalu Hidup .. yang mati Tak Pernah Hidup .. maka Sesungguhnya Tak Pernah Ada Kematian, Ada kesempurnaan didalam kealamian semesta Saat kesadaran terjaga , alam semesta mendengar dan jiwa kosong berbicara…. 

Kau adalah entitas kesadaran agung-KU yang terjebak dalam semesta kecil tubuh dan pikiran manusia.. kau adalah diri kecil KU yang sedang bertumbuh untuk bisa mengingat hakikat diri-KU yang besar… Kau adalah alam semesta yang sedang belajar memahami dirinya sendiri… Kau adalah yang memberi tanpa harus meminta.. Kau adalah yang terlibat tanpa mesti terikat… Kau adalah pemilih yang tidak terjebak oleh penilaian atas setiap pilihanmu… Kau adalah kesadaran tak terbatas dalam tubuh yang terbatas… Kau adalah kecerdasan tak terbatas yang terkunci dalam pikiran yang terbatas … 

Belajar dari awan….. sudah saatnya menyadari sejauh mana kita kini berada, apakah baru mulai menguap menuju setiap langit agar tampak sebagai kesuksesan dari bumi..ataukah masih terombang ambing dalam gerakan dualitas tinggi – rendahnya pemahaman.. mungkin juga tanpa sadar kita bahkan telah memilih menjadi bagian dari kegelapan mendung yang hadir di bumi menciptakan badai dan kehancuran bagi kehidupan…dengan labilnya pemahaman akan kesadaran jiwa kita justru akan menciptakan perdebatan, menyulutkan api kemarahan dan menggelegarkan gemuruh suara suara gusar yang menggiring dunia pada air mata kehancuran…

Hidup bukanlah pilihan, bukan pula sebuah tujuan namun sebuah persinggahan untuk mencapai kesempurnaan dengan melalui ilusi rintangan nyata yang berlindung dibalik tirai duniawi yang begitu halus. Manusia bukanlah makhluk hidup yang sedang berjuang menuju cahaya melainkan makhluk cahaya yang sedang berada dalam tubuh manusia..untuk hidup dan menjalani peran keduniawiannya..

Jika Tuhan pun tidak lagi kuyakini, lalu siapa lagi yang bisa kupercaya dan kuyakini ?? bukankah tubuh manusia adalah kitab suci tertua yang ditulis sendiri oleh shang pencipta ?? manusia tak lain adalah alam semesta yang sedang memahami dirinya sendiri… hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar terimalah dan hadapilah.. Aku , kamu dan kalian adalah sebuah kebodohan yang tercipta.. terlahir untuk tercerai berai terpendam…terhempas dan terhenyak, kita adalah tiada dan kembali dalam sebuah ketiadaan …..
Read more >>

Tulis Tanpo Papan

Jalmo Menungso …. !!?? Kang gumelar ana ing ngarepmu iku rupa kitab rupa crita bab jagad bab kowe kelawan aku bab kawula kelawan Gusti .....

Nyawanga… Ilining banyu – Miliring angin – Urubing geni  .......... Nyawanga… Abure peksi – kelike wulung  - Kepake pitik – Kluruke sawung – Kedepe kartika – abure mega Kabeh pada nyarita nganggo ukarane dewe-dewe 

Tetesing bun kang nyarita bab uleging samudra pletiking latu kang nyarita bab gebyaring Baskara  ... kabeh kuwi rupa Sastra Jendra ….  kabeh kuwi rupa Sastra Jendra  ......... Yen siro bisa mangerteni unening sandhi kang ana swalike gatra rupa basa kang tanpa ukara siro pranyata dipalilahi ngawuningani Kasunyatan ing Jagad iki ..........

Yen sliramu ngunandika bab rasa pangrasa tamtu mbok woco tanpa tembung. Sabab awit ing kana tan ana basa kang bisa gadug mbabarake isining ati mangkonoa uga Sang Jagat Nata denya ndedongeng – wewuruk lan wewarah sadengah rupa – apa bae – sakabehane kawedar ake tanpa ukara  .......

Awit meneng kuwi dudu bisu… meneng kuwi dudu bisu ..... sanadyan ana sawiji wiji ing sawenehing pitakonmu wus cumepak wangsulane ma ewu ewu nanging ora maido yen durung ka babar jer ora sadengah pawongan gadug mangerteni tetembung “ nyata ing kalimput ” kang kinira wadi ...
Read more >>

Polemik Harta Karun

Pertama-tama, penting Saya tegaskan bahwa tulisan berikut bukan bermaksud memancing apalagi menganjurkan para pembaca untuk mencari dan berburu harta karun. Tujuan tulisan ini untuk sekedar berbagi kawruh sekaligus mengkritisi berbagai kejadian dan kecenderungan beberapa orang selalu berburu harta karun. Sebaliknya, agar sedulur-sedulur jangan sampai menjadi salah satu korban mafia harta karun yang targetnya menguras harta benda si korban dengan modus operandi berlagak membantu mencari, mengaku-aku mampu melakukan ritual pengangkatan harta karun. Padahal target sesungguhnya adalah memperoleh “proyek ongkos”. Habis manis sepah dibuang. Setelah terkuras harta bendanya, kemudian si korban akan ditelantarkan. 

Sebagian orang seringkali mudah diperdaya oleh mafia harta karun karena pelaku kejahatan memanfaatkan situasi dan kondisi perekonomian yang cenderung semakin sulit, semakin kompleksnya ragam tuntutan hidup di zaman sekarang ini, ditambah semakin mahalnya beaya hidup. Sementara itu daya beli dan kesejahteraan masyarakat justru semakin lemah. 

Wajar saja jika banyak orang ingin memenuhi segala kebutuhan melalui cara yang praktis dan disangkanya tidak beresiko besar. Tulisan ini saya buat sekaligus sebagai jawaban atas banyaknya email masuk menanyakan seputar harta karun, penggandaan uang, penarikan emas dan sejenisnya. Saya tidak memvonis orang-perorang, justru timbul rasa welas. Kalau kondisinya tidak kepepet pastilah orang akan menempuh jalur yang lebih mudah dan sudah lazim ditempuh. Mudah-mudahan dulur-dulur bisa mengambil manfaat dari tulisan ini, semakin jeli, mampu berfikir kritis dengan penalaran yang sehat untuk melihat peluang ekonomi. 

PENGERTIAN HARTA KARUN 

Benda-benda yang mempunyai nilai atau harga dan dapat ditukar dengan mata uang resmi. Dapat berupa berbagai macam benda misalnya ; uang serta benda-benda seni dan budaya, peralatan rumah tangga, alat perang, alat bercocok tanam, yang terbuat dari bahan baku emas, tembaga, perunggu, perak, gerabah, keramik dan porselin, jenis bahan bebatuan, atau bahan baku kuningan jika diuangkan memiliki nilai tinggi. Harta tersebut besar kecil nilainya ditentukan dari jenis bahan bakunya atau bisa juga nilai sejarah dan usianya yang kemudian disebut barang antik. Bahkan bisa juga dinilai dari perspektif kesakralan dan tuahnya. 

Walaupun barang atau benda-benda di atas dapat dikategorikan sebaga harta karun yang tidak jelas pemiliknya, bukan berarti harta karun menjadi tak bertuan atau tak ada lagi si pemiliknya. Jika kita mengambil harta karun yang si pemilik sah sudah tidak jelas juntrungnya, ada kemungkinan hal itu hanya membebaskan kita dari hukum positif pencurian dan perampasan saja. Tetapi secara metafisis belum tentu demikian. 

JENIS HARTA KARUN Saya membedakan harta karun menjadi dua jenis berdasarkan eksistensinya. Yakni harta karun wèntèh atau fisik dan harta karun mâyâ atau non fisik. 

A. Harta Karun Wèntèh 

Harta karun wèntèh atau wantahan adalah harta benda berharga yang berujud nyata (fisik) dan tidak bertabir misteri kekuatan gaib. Harta karun jenis ini biasanya mudah ditemukan oleh siapapun yang sedang beruntung menemukannya. Bisa ditemukan oleh orang yang secara sengaja mencari atau memang kebetulan saja. Saya katakan jenis harta karun wèntèh karena tidak ada selubung misteri. Sebaliknya mudah dilihat secara visual dengan mata wadag. Untuk mengambil jenis harta karun fisik tidak perlu menggunakan cara khusus, tetapi bisa memanfaatkan peralatan canggih semacam sonar logam untuk melacak posisinya dan dibutuhkan peralatan moderen maupun tradisional untuk mengambilnya. 

Yang tergolong jenis harta karun fisik biasanya harta yang dulunya pernah dimiliki oleh bukan orang sakti, bisa milik sebuah dinasti, pemerintahan, penjajah di masa lalu, atau bahkan milik pribadi yang pernah hidup di masa lalu. Harta karun biasana disimpan di dalam gua-gua, atau ditimbun di suatu tempat misalnya di bukit, gunung, dasar sungai, pemakaman dsb. Ada pula harta karun rampasan perang, juga harta karun yang hilang akibat terjadi suatu peristiwa. Termasuk pula harta karun yang ditinggalkan oleh seluruh pemiliknya yang tewas karena suatu kecelakaan misalnya tenggelamnya kapal laut yang sedang membawa berbagai macam harta benda. 

B. Harta Karun Mâyâ (Gaib) 

Yang saya maksud harta karun mâyâ yakni harta karun non fisik atau gaib. Ada secara fisik tapi terselubungi oleh tabir gaib sehingga menjadi tidak tampak jika dilihat dengan mata wadag atau mata telanjang. Harta karun mâyâ biasanya dulunya dimiliki oleh orang-orang sakti atau orang yang memiliki kemampuan supernatural pada saat masih hidup hingga setelah pindah dimensi metafisik. Harta karun ini benar-benar ada dan bisa berwujud fisik. 

Harta karun mâyâ atau non fisik akan selalu tersembunyi dan terselubung oleh tabir misteri yang tidak mudah dilihat dengan mata wadag. Hanya orang-orang tertentu yang mampu atau malah orang polos yang secara tidak sengaja melihatnya. Namun ada juga seseorang yang memang dikehendaki oleh si pemilik atau penjaga harta karun untuk bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Selain sulit dilihat secara fisik, harta karun mâyâ atau non-fisik tidak hanya sulit dilihat namun juga tidak bisa disentuh secara fisik sebelum dilakukan suatu upaya untuk membuka tabir gaib yang menyelimutinya. 

BENTENG GAIB 

Tabir gaib yang menyelimuti harta karun mâyâ bukanlah kebetulan. Tetapi memang disengaja agar tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. Sengaja dibuat mâyâ oleh pemilik harta karun dengan tujuan untuk menyimpan, menyembunyikan dan melindungi agar supaya harta karun tidak dijarah orang. Sejauh ini yang saya ketahui ada beberapa sumber yang dapat menjadikan harta karun menjadi bertabir gaib. 

1. Dilakukan oleh pemiliknya sendiri Biasanya pemilik adalah orang-orang sakti, mulia, luhur dan dulunya sewaktu hidup adalah seorang pemimpin atau raja. Ada banyak cara atau teknik untuk menyembunyikan harta karun dengan tabir gaib. Di antaranya menggunakan ubo rampe seperti : daun kluwih, klaras, daun singkong dan lain-lainnya. Tentu saja tidak asal menutup begitu saja dengan menggunakan sarana tersebut. Melainkan dengan kemampuan lebih atau kekuatan supernatural power. Bahkan harta karun umumnya mempunyai pagar yang berlapis-lapis. Diantaranya ditutup dengan lapisan “password” gaib yang hanya diketahui oleh pemilik harta karun. 

2. Penjagaan Berlapis Setelah ditutup dengan tabir gaib oleh pemiliknya, terkadang masih ada lagi penjaga harta karun mâyâ yang terdiri berbagai jenis mahluk halus dengan kemampuan atau kesaktian yang paling rendah hingga paling tinggi. Mereka seperti membentuk lapisan-lapisan pagar. Mereka ditugaskan sebagai penjaga harian, berada di garda paling depan atau sekelas prajurit saja. Ada pula penjaga harta karun mâyâ berujud naga, ular besar, atau genderuwo, raksasa, dan beragam mahluk halus lainnya. Tetapi jangan salah dan asal menuduh, mereka sesungguhnya bukanlah mahluk jahat. Mereka hanya ditugaskan untuk menjaga harta karun, atas perintah pemiliknya atau karena atas suka rela mereka sendiri. 

Tetapi mahluk halus memiliki kesetiaan luar biasa, bukan seperti bangsa manusia yang terkadang berkhianat. Di dalam diri mahluk halus tidak ada watak pengkhianat. Jika berkata ya atau sanggup, artinya sebuah harga mati untuk setia melaksanakan tugas. Jika sudah berkata tidak, tidak ada lagi bujuk rayu yang mempan meruntuhkan keteguhan hatinya. Pertanyaannya sekarang, kenapa pemilik harta karun masih berkenan menjaga harta karunnya, padahal mereka sudah hidup di dimensi yang abadi ? Penjagaan menjadi penting jika menyangkut harta benda bernilai tinggi. 

Dijaga agar tidak diambil oleh sembarang orang, apalagi digunakan untuk kepentingan pribadi dan merusak tatanan dan ketertiban hukum, maupun ketertiban sosial. Penjagaan bertujuan agar harta karun tidak jatuh ke tangan orang yang salah. Pemilik harta karun yang sudah menjadi leluhur sangat tahu akan dipergunakan untuk apa assetnya suatu saat nanti. Suatu ketika, jika sudah tiba saatnya untuk dikeluarkan, penerima yang dikehendaki akan diberikan wisik atau petunjuk langsung oleh pemiliknya sendiri. Biasanya akan jatuh kepada anak turunnya sendiri, atau ke tangan orang yang bisa dipercaya membawa tugas mulia. Dan tak akan jatuh ke tangan orang asing yang tidak dikenalnya. 

3. Penguasaan oleh Bangsa Halus Harta karun mâyâ atau non-fisik bisa pula berasal dari harta karun fisik yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya namun kemudian dikuasai dan dijaga oleh bangsa halus jenis siluman, gendruwo, jim periprayangan. Bangsa halus tersebut biasanya hanya menguasai dari jenis benda fisik yang terbuat dari bahan baku emas. Benda yang sudah berada di bawah penguasaan makhluk halus dengan sendirinya akan sirna dari pandangan mata wadag. 

Ragam Wujud Harta Karun & Letaknya 

Wujud harta karun jenis emas sangat beragam bentuknya. Ada yang berupa uang ori Wilhelmina, lempengan dengan berbagai ukuran, perhiasan maupun berupa perabotan rumah tangga terbuat dari emas. Ada yang masih utuh ada pula yang sudah remuk. Soal jumlahnya juga sangatlah bervariatif. Sedangkan letak harta karun mâyâ biasanya terkubur di bawah permukaan tanah. Bisa di dalam rumah, di dasar sungai, di tempat-tempat wingit, atau di sekitar pemakaman. Harta karun mâyâ walau digali tetap saja tidak akan tampak jika dilihat dengan mata wadag. Sementara itu harta karun wèntèh terdapat di berbagai lokasi yang beragam pula misalnya dasar laut, sungai, telaga, kolam, di dalam bangunan, bisa juga posisinya terkubur. Tetapi jika digali langsung akan terlihat oleh mata wadag. 

PROSES MEMPEROLEH HARTA KARUN 

Saya ingin berbagi sedikit pengetahuan yang sejauh ini saya ketahui soal paugeran dan seluk-beluk harta karun agar dapat dijadikan pedoman atau rambu-rambu bagi para pembaca yang budiman, sedulur-sedulur di manapun berada, semoga berguna untuk menghindari aksi tipu daya yang dilakukan oleh mafia harta karun. 

Petunjuk. Sebelum harta karun mâyâ diketahui di mana posisinya berada, biasanya terlebih dahulu ada seseorang yang mendapatkan petunjuk secara gaib. Bisa melalui mimpi maupun secara tidak sengaja melihat dengan mata wadag penampakan harta karun di atas permukaan tanah di lokasi harta karun itu berada atau di suatu tempat tertentu. Sebaliknya bagi seseorang yang memang sengaja bernafsu memburu harta karun malah akan kesulitan mendapatkan petunjuk. Penting untuk dicatat, walaupun sudah ada petunjuk bukan berarti seseorang pasti akan kesinungan atau terpilih untuk mendapatkannya. 

Perintah. Selain melalui mimpi dan melihat secara tidak sengaja, keberadaan harta karun terkadang didapat melalui sebuah pralampita yang disampaikan oleh leluhur. Informasi keberadaan harta karun yang disampaikan oleh leluhur biasanya ada suatu tujuan khusus. Leluhur memberikan perintah atau dhawuh untuk memprosesi harta karun agar bisa diangkat dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Penting dicatat, walaupun ada perintah untuk memprosesi, bukan berarti pasti berhasil mendapatkan harta karun, karena seseorang bisa mendapatkan atau tidak tergantung bagaimana menata perilakunya dan syarat yang harus disiapkan. Secara Tidak Sengaja (Keparingan). 

Cara mendapatkan harta karun ini yang paling sering terjadi dan paling wajar, lumrah dan masuk akal. Misalnya kita sedang berkunjung ke suatu tempat misalnya candi atau tempat sakral, kemudian di lokasi tersebut kita mendapatkan sesuatu harta karun misalnya lempengan emas atau perhiasan emas, atau cuilan perhiasan dan alat-alat rumah tangga. Jenis harta karun yang didapat secara tidak sengaja itu ada dua kemungkinan, harta karun mâyâ atau bisa jadi harta karun wèntèh. Tetapi hal itu tidaklah penting. Yang jelas kita menjadi orang yang terpilih, atau kesinungan, untuk keparingan harta berharga dari pemilik atau penguasa harta karun yang ada di lokasi tersebut. Karena memang sudah kesinungan untuk keparingan, kita menjadi tidak perlu repot-repot menjalankan suatu rangkaian prosesi ritual. Apa adanya dan seadanya saja kita menerima harta pemberian tersebut. Memperoleh harta karun mâyâ secara tidak sengaja ini yang lebih sering dialami orang. 

PENTINGNYA MEMAHAMI PAUGERAN 

Banyak sekali informasi soal harta karun secara sepenggal-sepenggal, lebih celaka lagi sudah sepenggal-sepenggal dan tidak proporsional. Hal itu menjadikan pemahaman yang simpang siur. Untuk itu saya berharap tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih proporsional dan tepat. Sehingga kita semua menjadi lebih bijaksana dalam bersikap. Apa Yang Terjadi Di Balik Harta Karun ? Ini yang harus dipahami oleh siapapun yang sedang atau ingin memperoleh harta karun, khususnya harta karun mâyâ. 

Harta karun biasanya ada pemiliknya dan ada yang menjaganya. Terlebih harta karun mâyâ pemiliknya pun sudah berada di dimensi lain. Yang menjaganya pun bukan lagi mahluk fisik tetapi ada di dimensi halus. Banyak sekali paugeran yang harus dipatuhi. Jika paugeran dilanggar, resikonya minimal seseorang tidak akan berhasil mendapatkannya, habis uangnya, dan resiko paling berat adalah berujung kematian. Untuk itu selangkah demi selangkah harus kita pahami apa yang terjadi di balik misteri harta karun mâyâ. 

1. Memohon Ijin. Bagi siapapun yang berniat mengangkat harta karun mâyâ jangan pernah merasa percaya diri karena alasan merasa cukup ilmu, kesaktian dan kemampuan. Bersikaplah rendah hati dan pasrah. Sebelum memprosesi pengangkatan harta karun pertama-tama yang harus dilakukan adalah minta ijin kepada pemilik dan penjaga harta karun mâyâ. Anda harus punya kemampuan untuk men-tayuh terlebih dahulu dengan harapan dapat mengetahui siapa pemilik dan penjaganya. Jika ada respon, artinya bisa berkomunikasi dengan Pemilik atau penjaganya barulah menyampaikan maksud dan tujuan misalnya meminta harta karun mâyâ seikhlasnya, dan peminta tidak bisa mendikte menentukan jumlah yang akan diperoleh. Respon itu barulah merupakan langkah awal. 

Jawaban yang diberikan oleh “pemilik” maupun “penjaganya” di antara dua : bisa ya, bisa tidak ! Jika permohonan ditolak, berarti sudah lah, urungkan saja keinginan Anda memperoleh atau menguasai harta karun. Siapapun tidak akan bisa memaksa untuk memiliki harta karun mâyâ jika tanpa seijin pemilik dan penjaganya. Bila Anda berani memaksa mengambil karena merasa memiliki kekuatan dan kemampuan yang besar, pasti akan ada kejadian fatal menimpa diri Anda. Meskipun demikian, terkadang orang nekat saja melakukan penggalian suatu tempat yang diduga terdapat harta karun. Perbuatan itu tidak akan berguna, bahkan sebaliknya akan mencelakai dirinya sendiri. 

2. Kekuasaan Penuh ada pada Pemilik & Penguasa Harta Karun. Tidak ada orang sesakti apapun yang bisa memaksa memiliki atau merebut harta karun mâyâ tanpa adanya ijin dari pemilik dan penjaganya. Jikalaupun Anda sangat sakti dan bisa mengalahkan Pemilik dan penjaga harta karun mâyâ, tentu saja pemilik dan penjaga akan melakukan antisipasi untuk memindahkan harta karun di suatu tempat yang tidak akan Anda ketahui. Pemindahan dilakukan dalam waktu sekejap pun bisa saja terjadi. 

3. Dilindungi Password Khusus. Menyimpan, menyembunyikan, mengamankan harta karun mâyâ akan dilakukan oleh pemilik dan penjaga harta karun tersebut. Dengan berbagai lapisan pagar seperti yang sudah saya singgung sepintas di awal. Pagar yang paling sulit ditembus berupa “password” khusus yang hanya diketahui oleh Pemilik. Password biasanya berupa suatu mantera. Dan mantera ini tidak bisa dibongkar atau dibandrek dengan password apapun lainnya, apalagi dengan “password” berupa doa-doa impor. Bagaikan gembok dengan anak kuncinya. Gembok tidak bisa dibuka menggunakan anak kunci palsu. Namun “anak kunci” gembok gaib ini tak bisa digandakan atau dibandrek. 

4. Meminta Sesuai Palilah. Sekalipun Anda telah diijinkan oleh Pemilik harta karun. Anda tidak akan bisa mengatur seberapa banyak harta karun mâyâ yang anda inginkan. Berapa banyaknya tergantung palilah atau kehendak ikhlas si Pemilik untuk memberikan harta karun kepada Anda. 

5. Petunjuk & Dibimbing Langsung. Bagaimana tata cara menggunakan uborampe atau syarat-syarat ritual akan dibimbing langsung oleh Pemiliknya. Jika Anda diijinkan, Anda akan dibimbing langsung oleh Pemiliknya sendiri, berisi petunjuk bagaimana prosesi atau ritual yang harus dijalani agar harta karun mâyâ bisa diangkat atau diwujudkan. Anda akan dibimbing kapan waktu yang tepat untuk melakukan prosesi ritual. Berapa lama waktu yang dijalani sampai harta bisa benar-benar berhasil diangkat, dan kapan waktunya untuk melakukan ritual atau prosesi, kita juga tidak bisa menentukan sendiri. 

Pemilik akan membimbing dan menuntun kita secara langsung melalui pralampita dan dawuh. Anda tak bisa merekayasa sendiri, atau mengunakan uborampe dan persyaratan yang Anda bikin sendiri. Itu akan sia-sia saja. Anda hanya bisa menentukan sendiri kapan waktunya pada saat pertama kali melakukan maneges atau men-tayuh-nya, untuk memperoleh jawaban siapakah pemilik dan apakah diijinkan untuk meminta harta karun. 

6. Berbagai Syarat. Selain “password” gaib yang merupakan produk lokal. Harta karun mâyâ masih dilindungi oleh berbagai lapisan pagar gaib (selain penjaga), di antaranya berupa bermacam syarat dan uborampe. Misalnya daun kluwih, daun singkong, klaras, kunyit, bunga-bunga dan lain sebagainya. Apa saja uborampe dan syarat-syarat yang harus disiapkan akan diberi tahu langsung oleh Pemilik harta karun mâyâ. 

7. Tak Ada Tumbal Nyawa. Pada dasarnya mengangkat atau usaha untuk memperoleh harta karun tidak memerlukan tumbal nyawa manusia. Jika sampai ada kejadian korban nyawa manusia bukan berarti penjaga harta karun minta tumbal. Tetapi itu disebabkan oleh something it’s wrong, misalnya ada paugeran-paugeran yang dilanggar oleh peminta harta karun mâyâ itu sendiri. 

8. Sudah Dikehendaki Pemilik. Inilah cara mendapatkan harta karun mâyâ yang paling aman dan mungkin ada harapan untuk berhasil mendapatkannya. Yakni melalui jalan petunjuk gaib, yang dialami oleh seseorang. Namun tetap harus hati-hati dan waspada terhadap klaim para mafia sebagai pembawa amanat untuk Anda. Karena petunjuk gaib tidak pernah dilewatkan melalui orang lain. Kita sendiri akan mendapatkan petunjuk langsung entah lewat mimpi atau interaksi langsung dengan gaib. Apabila leluhur berkehendak menuntun kita, alangkah beruntungnya diri kita. Sebab leluhur tak pernah mempersulit orang-orang yang dijangkung dan dijampanginya. Kalaupun ada uborampe atau syarat-syarat perlengkapan yang dibutuhkan, asalkan tulus, syarat atau uborampe untuk prosesi pun akan mudah kita dapatkan, walaupun sesuatu yang sangat langka. 

PAUGERAN PENTING 

Setidaknya enam poin di atas menjadi paugeran utama yang harus kita pahami tentang harta karun mâyâ. Selanjutnya masih ada lagi beberapa persyaratan penting lainnya yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya bagi orang yang sudah diijinkan Pemilik untuk berusaha mengangkat harta karun mâyâ. 

Beberapa persyaratan itu adalah : 

Asas Kepantasan. Memperoleh harta karun tidaklah mudah. Sebab harta karun termasuk berkah besar. Artinya akan berat pula asas kepantasan yang harus dimiliki oleh seseorang calon penerima. Asas kepantasan berhubungan dengan layak tidaknya seseorang menerima harta karun. Kita termasuk sebagai orang yang pantas mendapatkan harta karun mâyâ apabila diri kita sudah dinilai oleh hukum alam sebagai seseorang yang cukup amalnya. Sering menolong, dan membantu sesama dan seluruh mahluk, sering memberikan kemudahan dan jalan hidup kepada sesama manusia. 

Peruntukan. Untuk apa harta karun yang akan didapat, akan menentukan seseorang berhasil atau tidak dalam melaksanakan prosesi mengangkat harta karun. Tergantung pula pada siapa pemilik harta karun itu. Jika harta karun adalah milik seorang Raja atau pemimpin di zaman dulu, biasanya akan bisa diangkat jika akan digunakan untuk kemakmuran orang banyak atau untuk suatu bangsa. Bisa juga diberikan kepada seseorang untuk pribadi, jika orang tersebut masih keturunan langsung si Pemilik harta karun mâyâ. Sementara itu harta karun milik Raja, pemimpin besar, maupun pribadi, jika digunakan untuk suatu tujuan merusak bangsa, rencana jahat, dan ketamakan jelas tidak akan diperolehnya. 

Sebaliknya harta karun yang akan digunakan untuk mengembalikan hutang, atau untuk melanjutkan hidup justru lebih bisa diterima oleh gaib pemilik dan penjaga harta karun mâyâ. Mengembalikan hutang pun tidak sembarang hutang. Alasan hutang yang disebabkan oleh perilaku hidup boros, judi, atau dampak resiko suatu perbuatan jahatnya sendiri, tentu tidak akan diterima. Sebaliknya hutang yang disebabkan akibat tanggungan beaya pengobatan, menolong orang, atau untuk membeayai sekolah dan tanggungan keluarga dan sejenisnya malah cukup beralasan dan bisa diterima gaib. Namun demikian, harta yang diperuntukkan untuk kemakmuran banyak banyak orang, masyarakat atau suatu bangsa biasanya akan lebih mudah dikabulkan oleh si pemilik harta karun. 

Kemampuan Menata Hati. Jika dalam diri kita masih ada sifat serakah, tamak, jahat, dengki, iri hati, adigang adigung adiguna. Masih pula tertanam sifat 3 G : golèk mênangé dhéwé, golèk butuhé dhéwé, golèk bênêré dhéwé. Tidak adil dan selalu pilih kasih. Bahkan termasuk karakter sombong, ria, semua itu akan menjadi batu sandungan dalam melaksanakan petunjuk dan bimbingan gaib. Dan resikonya cukup besar, seseorang bisa menjadi terganggu jiwanya, minimal kesurupan yang mengakibatkannya jatuh sakit. Untuk itu seseorang yang sedang memprosesi ritual demi ritual mengangkat harta karun hendaklah menata hati, jagalah selalu suasana hati agar selalu tertanam rasa tulus, legowo dan endapkan segala nafsu serakah, bersihkan segala penyakit hati dengan rasa “punya rasa, tidak punya rasa punya”. Nah, untuk syarat hati ini, sederhana tetapi sulit dilakukan. 

Biasanya jika sudah semakin mendekati akhir proses atau ritual, orang akan semakin tergiur. Apalagi jika dilakukan secara kelompok atau tim yang terdiri dari banyak orang. Jika yang melakukan prosesi mengangkat harta melibatkan banyak orang akan lebih sulit. Menata hati dan pikiran satu orang saja sulit, apalagi hati dan pikiran banyak orang. Kemampuan dan mental lahir batin setiap orang juga berbeda-beda. Satu orang saja tidak teguh hati atau tidak kuat, misalnya dengan tidak mematuhi satu dua paugêran atau melanggar wêwalêr akubatnya bisa sangat fatal. Dapat mengakibatkan usahanya gagal total. Minimal orang yang tidak kuat tersebut mengalami suatu resiko yang cukup berat. 

Prinsipnya, harus mampu membersihkan segala penyakit hati, meluruskan pemahaman dan pola pikir, kuat mental lahir dan batinnya. Karena merubah nasib dan menjadi kaya itu harus orang yang kesinungan begja. Bagi seseorang yang mampu mengelola hati hingga mencapai tataran manembah keluhuran budi,”duwé rasa, ora duwé rasa duwé“, rendah hati, ora kagètan lan ora gumunan, tidak silau harta, serta tertanam sifat dan sikap sugih ati, justru akan lebih besar kemungkinan untuk kêsinungan sugih båndhå. Bila kita mampu menerapkan sifat-sifat bumi (yang maha memberi berkah untuk seluruh mahluk) ke dalam diri kita, maka alam semesta akan selalu berpihak kepada diri kita. Semakin banyak memberi, akan semakin banyak menerima. 

TIPU DAYA MAFIA HARTA KARUN 

Pada tulisan ini saya akan mengulas sedikit soal kasus-kasus penipuan yang berkaitan dengan perburuan harta karun mâyâ. Seperti kita ketahui, banyak sekali berita, kabar dan dongeng tentang upaya orang mencari harta karun mâyâ atau gaib. Begitu banyak orang mengaku mampu mengentaskan atau mengangkat harta karun mâyâ atau gaib. Tetapi kebanyakan hanyalah sekedar aksi tipu daya, dengan target korban akan mengeluarkan beaya operasional. 

Begitu banyak dan seringnya orang-orang yang merasa yakin akan mendapat harta karun sehingga sampai teledor dan lengah mengeluarkan beaya seberapapun besarnya sampai menjual aset-aset penting demi mengejar harta karun yang dibayangkan sangat menjanjikan dan mampu merubah nasib secara drastis. Mereka barulah sadar setelah harta bendanya habis dijual dan uangnya ludes untuk beaya operasional. Yang beruntung adalah orang yang mengaku-aku mampu mengangkat harta karun. Dan semuanya pada akhirnya gagal. Tetapi selalu saja si penipu tidak mau disalahkan. Bahkan sudah dibuat skenario jika nantinya berujung kegagagalan yang disebabkan oleh korban penipuan yang melanggar pantangan atau karena kurang memenuhi sarat. 

Seribu alasan dibuat-buat yang pada intinya memposisikan si korban tidak punya alasan untuk menyalahkan si penipu yang berlagak dewa penolong. Maka tulisan ini sekaligus sebagai perngatan untuk sedulur dan pembaca yang budiman agar tidak terperangkap dalam jaringan mafia harta karun yang sesungguhnya hanya mengincar harta benda dan uang si calon korbannya. Para mafia memang hebat berakting menjalankan modus tipu-dayanya. Biasanya mereka melengkapi diri kemampuan bermain mejik atau sulap. Di hadapan calon korbannya, biasanya mereka melakukan atraksi-atraksi yang dapat membuat calon korban terbius dan terkesima dengan kehebatan palsu si penipu. Misalnya dengan kemampuan merubah suatu benda menjadi emas, tisu dan daun menjadi lembaran uang. 

Bahkan pada beberapa kasus ada juga yang berani keluarkan modal untuk beratraksi palsu seolah benar-benar ia mengangkat emas perhiasan atau lempengan dalam jumlah kecil di suatu lokasi. Emas yang digunakan untuk atraksi juga emas asli, sehingga jika ditest ke toko emas akan menunjukkan keasliannya. Tapi dalihnya pasti mereka bilang, emas itu belum boleh dipergunakan atau dijual, karena si korban harus melengkapi persyaratan lagi agar tidak celaka. Singkatnya, rombongan penipu berani memasang umpan ikan teri untuk memperoleh ikan kakap. Penipu juga tak kurang akal, mereka pandai membuat surat-surat aspal untuk memperkuat bukti otentik. Termasuk bicaranya yang serba digaib-gaibkan, mengklaim diri sebagai pembawa amanat dan seterusnya. 

Penipuan biasanya tidak hanya dilakukan oleh satu orang melainkan banyak orang rombongan mafia. Mereka saling kenal tetapi berlagak tidak saling mengenal, sehingga calon korban merasa semua serba kebetulan dan menimbulkan kesan sangat istimewa dan menakjubkan. Rombongan mafia tidak hanya ada di satu wilayah, mereka berada di berbagai wilayah yang berjauhan tetapi mereka saling berkomunikasi untuk membangun modus operandi penipuan terhadap calon korban. 

Korban dibuat tak berdaya, selain juga bisa karena pengaruh gendam dan penyalahgunaan terhadap ketrampilan hipnotis. Si korban barulah akan sadar saat harta bendanya sudah habis ludes dijarah rombongan mafia, dan menelantarkan si korban dalam kondisi kebingungan, kesendirian, dan kesedihan yang sangat dalam. Bahkan anggota penipu seringkali menggunakan simbol-simbol kesucian, kesalehan, dan sifat agamis sebagai kedok. Selain semua modus diatas, calon korban biasanya diasingkan atau dieliminasi agar tidak berhubungan dengan orang lain selain rombongan mafia. Selain untuk merahasiakan aksi kejahatan jaringan mafia agar tidak tercium aparat keamanan, hal itu juga untuk mencegah agar calon korban tidak bisa meloloskan diri atau sadar diri setelah menerima masukan dari orang lain yang memahami tipu daya mafia. Maka waspadalah para pembaca yang budiman. 

STUDI KASUS 

Beberapa tahun lalu Menag berinisial SA tanpa mematuhi paugeran-paugeran dan langkah-langkah awal seperti di atas, pernah mencoba menggali harta karun yang tersimpan di Batu Tulis. Berbagai cara ditempuh, dengan wiridan, menggali, dan melacaknya dengan bantuan sonar logam. Akibatnya pertama, ada tim penggali yang tewas menjadi korban. Akibat selanjutnya, beberapa waktu kemudian, Menag terlibat kasus korupsi dan penyalahgunaan dana haji. 

Dalam masa menjalani proses hukum Menag meninggal dunia. Saya enggan mengkaitkan peristiwa kematian itu dengan harta karun. Mau disebut peristiwa kebetulan juga monggo. Tapi saya tetap mengambil pelajaran berharga dari peristiwa itu. Sebagai pedoman supaya dalam menjalani hidup ini selalu bersikap hati-hati, waspada, dan tidak serampangan. Masih ada lagi kasus lainnya yang dapat menjadi contoh. Warning Di akhir tulisan ini saya ingin sekali lagi menegaskan bahwa adalah dua prinsip paling penting harus diketahui sedulur-sedulur semua berkaitan dengan harta karun mâyâ. 

PERTAMA, orang yang memungkinkan memperoleh harta karun mâyâ adalah yang sungguh-sungguh memenuhi asas kepantasan, terpilih dan pinilih. Siapapun yang hatinya tidak bersih, tamak, serakah, tidak tulus, mudah iri-dengki, tidak bisa bersikap adil, batinnya ruwet, pikirannya aneh-aneh pasti tidak akan memenuhi asas kepantasan sebagai orang yang layak mendapatkan harta karun mâyâ. Termasuk pula orang yang gemar berburu, dan bernafsu untuk mencari atau menguasai harta karun mâyâ, pastilah akan ditolak oleh titah gaib. Sekalipun seseorang itu masih memiliki garis keturunan pemilik harta karun itu. 

KEDUA, begitu banyaknya orang mengaku-aku mampu mengangkat harta karun mâyâ atau gaib. Banyak pula orang yang ngotot meyakinkan orang lain, jika dirinya telah mengenal orang yang bisa mengangkat harta karun mâyâ. Akan tetapi sikap saya teguh, tidak akan percaya samasekali. Saya bukannya over-confident, tetapi saya melihat ciri orang yang benar-benar mampu mengangkat harta karun mâyâ. Saya juga mengerti betapa berat syarat-syarat (yang ditetapkan hukum alam) yang berlaku bagi orang yang mendapatkan anugrah mampu mengangkat harta karun mâyâ. Bila kita lebih memahami berbagai hal yang berhubungan dengan harta karun. Harapan saya setidaknya dapat menambah referensi dan dapat dijadikan sebagai rambu-rambu bila di antara para pembaca yang budiman sedang menghadapi tawaran-tawaran yang menggiurkan soal pengangkatan harta karun. Jaya jaya wijayanti.
Read more >>

Ketidaksadaran

Alur penalaran logis menganggap bahwa awal dari ke-ada-an segala sesuatu adalah ketiadaan, filsuf mengatakan bahwa ke-tiada-an itu ada yang tiada, kalimat tersebut sebagai premis mayor mengawali isi fikiran para filsuf kuno sebagai tahap awal prestasi kesadaran akal-budinya dalam memahami hukum alam yang universal ini. 

Namun benarkah demikian ke-ada-an yang sesungguhnya ? atau jangan-jangan hakekat ketiadaan adalah hanya semata karena ketidaksadaran manusia saja ? saya pribadi enggan meletakkan justifikasi pada ke-tiada-an , sebaliknya lebih senang memilih hipotesis kedua yakni bukan ke-tiada-an lah sesungguhnya yang ada, namun ketidaksadaran manusia. 

Dengan asumsi bahwa sulitnya mengetahui rumus kebenaran sejati yang tersimpan rapat dalam relung jagad raya bagaikan sulitnya menelusuri alam kegaiban, yang membutuhkan pengerahan indera batin ( ke-enam ). lebih sulit lagi karena kebanyakan manusia gagal mereduksi hegemoni panca indera ( jasad ). 

Jika demikian halnya manusia layak mengibarkan “ bendera putih ” sebagai sikap menyerah atas segala keterbatasan kemampuannya , lantas kesadaran semu dengan buru-buru mengambil keputusan meyakinkan sbb; adalah tabu mengutak-atik ranah gaib, karena ia hanya membutuhkan keyakinan saja, dalam kesadaran “ semu ” ini menjadi sangat bermanfaat kita mengumpulkan pengalaman dan pengetahuan orang perorang yang beragam agar menjadi satu kesatuan ilmu untuk menggugah kesadaran manusia. 

Dibutuhkan sikap membuka diri agar kesadaran semakin meningkat, pada tataran kesadaran tertentu seseorang akan sampai pada pemahaman bahwa “ kebenaran sejati ibarat cermin yang pecah berantakan, sedangkan kesadaran akal budi, kepercayaan, ajaran, sistem religi, kebudayaan, tradisi merupakan satu di antara serpihan cermin itu ”.
Read more >>

Kalacakra

Legenda kalacakra di pewayangan bermula dari penulisan mantram sakti di dada Batara Kala oleh Batara Guru yang menyamar sebagai dalang Kandha Buwana. Dan di buatnya Rajah Kalacakra dimaksudkan agar siapapun yang bisa membacanya dan siapa saja yang bisa mengucapkan mantram tersebut tidak akan menjadi korban dan tidak akan diganggu oleh Batara Kala. Rajah Kalacakra menjadi sebuah kekuatan gaib yang merubah suatu keburukan menjadi kebaikan, sebuah doa kepada Yang Maha Kuasa supaya merubah suatu kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik selama manusia hidup dalam kekuasaan sang waktu ( Sang Kala atau Sang Hyang Kala ).

Semua kejadian buruk dalam kehidupan manusia dipercaya selain sebagai suratan nasib / takdir, juga banyak berkaitan dengan yang namanya karma ( sebab akibat ). bisa karma dari masa lalunya, karma dari perbuatan-perbuatannya yang sekarang, karma dari kondisi kelahirannya, juga imbas dari karma / kesialan yang di bawa oleh orang lain ( misal : ikut menjadi korban kecelakaan lalu-lintas, dsb ). 

Pada perkembangan selanjutnya Rajah Kalacakra diwujudkan menjadi mantra untuk menangkal berbagai kekuatan magis jahat yang dapat mengganggu keselamatan lahir dan batin. Selain digunakan untuk melindungi diri dari gangguan dan serangan gaib mahluk-mahluk halus, juga memberikan perisai pagaran gaib kepada para penggunanya agar terhindar dari segala keburukan atau ketidak-nyamanan dalam kehidupan. 

Oleh karena itu Rajah Kala Cakra sering digunakan dalam ruwatan-ruwatan tradisi jawa dengan membacakan mantra-mantranya. Di India sendiri upaya ruwatan dan bersih diri banyak juga dilakukan, terutama berupa ritual khusus di sungai Gangga. 

Rapal berbunyi : Hong Hilaheng Kamurep Kamidep Nir Hyang Kala Mercu Katub ( bc. 3x ) ” Yamaraja – Jaramaya, Yamarani – Niramaya, Yasilapa – Palasiya, Yamiroda – Daromiya, Yamidosa – Sadomiya, Yadayuda – Dayudaya, Yasiyaca – Cayasiya, Yasihama – Mahasiya ” 

Bunyi mantranya dilakukan pembalikkan dalam membacanya, karena bunyi maknanya dimaksudkan sebagai upaya membalik keadaan, membalik kondisi yang buruk menjadi baik, dan sifatnya menundukkan, bukan menyerang balik. 

1. Yamaraja – Jaramaya : siapa yang menyerang berbalik menjadi berbelas kasihan. 
2. Yamarani – Niramaya : siapa yang datang dengan niat buruk akan berbalik dan menjauhi. 
3. Yasilapa – Palasiya : siapa yang membuat kelaparan berbalik memberi makan. 
4. Yamiroda – Daromiya : siapa yang memaksa berbalik memberi kebebasan dan keleluasaan. 
5. Yamidosa – Sadomiya : siapa yang berbuat dosa berbalik berbuat kebajikan. 
6. Yadayuda – Dayudaya : siapa yang memerangi berbalik membawa damai. 
7. Yasiyaca – Cayasiya : siapa yang menyengsarakan berbalik membawa kesejahteraan. 
8. Yasihama – Mahasiya : siapa yang berbuat merusak berbalik sayang dan memelihara.
Read more >>

Ngelmu Kasampurnan

Ujung dari proses perkembangan kesadaran manusia adalah diraihnya kesempurnaan hidup (ngelmu kasampurnan), atau ilmu kesempurnaan, wikan sangkan paran. Filsafat hidup yang termuat di dalam Ngelmu kasampurnan adalah gambaran kesadaran tertinggi manusia (highest consciuousness). Maka dalam istilah Jawa ilmu kasampurnan disebut pula ilmu kasunyatan, ilmu tuwa, ilmu sangkan paran. Hampir sepadan dalam tradisi mistis Islam disebut makrifat. 

Idiom Jawa memiliki banyak istilah untuk menggambarkan manusia yang berhasil menggapai ilmu kasampurnan, yakni; jalma limpat seprapat tamat, jalma sulaksana waskitha (weruh) sadurunge winarah. Artinya seseorang yang memahami kebijaksanaan hidup dan memiliki kemampuan mengetahui peristiwa-peristiwa di luar jangkauan ruang dan waktu serta di luar kemampuan akal-budi (kawaskithan). 

Pedoman hidup atau kebijaksanaan yang dihayati adalah ; wikan sangkan paran, mulih mulanira, dan manunggal. Memahami asal muasal manusia, kembali kepada Hyang Mahamulya, dan manunggal ke dalam kesucian Zat. Pencapaian kesempurnaan hidup dalam serat Wedhatama disebut sebagai pamoring suksma, roroning atunggil. Menurut serat Wedhatama karya KGPAA Mangkunegoro IV, ilmu kasampurnan disebut pula sebagai ngelmu nyata, ngelmu luhung atau akekat. 

Cara pencapaian kesadaran tingkat tinggi ini, di capai melalui empat tahapan sembah, atau catur sembah; yakni sembah raga, sembah cipta/kalbu, sembah jiwa/sukma, dan sembah rasa, dan meraih rahsa sejati (Serat Wedhatama). Wedha adalah petunjuk atau laku/langkah, Tama adalah utama atau luhur/mulia, yakni ilmu tentang perilaku utama atau budi pekerti yang luhur. Dalam serat Wedhatama mencakup ajaran perilaku ragawi yang kasad mata (solah tingkah), perilaku hati, dan perilaku batin (bawa/perbawa) yang meliputi jiwa dan rahsa. Dalam rangka menggapai kesempurnaan hidup hendaknya ke-empat perilaku tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh. 

Sehingga secara garis besar terbagi menjadi dua bentuk kesatuan perilaku lahir dan batin. Keduanya harus dibangun dalam wujud korelasi yang harmonisasi, sinergis antara perbuatan lahir atau solah, dan perbuatan batin atau båwå. Wujud solah akan merefleksikan keadaan båwå dalam batin, namun kesadaran båwå juga termanifestasikan ke dalam wujud solah. Apabila tidak terjadi sinkronisasi antara solah dan båwå, yang terjadi adalah sikap inkonsisten, kebohongan, mencla-mencle atau plin-plan. Dalam ranah agama disebut sebagai sikap munafik. 

Sebaliknya indikator manusia yang telah memperoleh kesadaran tinggi (spiritual) dalam lingkup ngelmu kasampurnan dapat dicermati tingkat pemahamannya yang termanifestasikan dalam beberapa barometer berikut ini ; 

1. Madu Basa

Meliputi adab, sopan-santun, tata cara, kebiasaan mengolah tutur kata dalam pergaulan. Madu adalah manis, bukan berarti konotasi negatif seseorang yang gemar bermulut manis. Namun maksudnya adalah seseorang yang mampu membawa diri, mawas diri atau mulat sarira. Kata-kata yang tidak menyakitkan hati orang lain. Ucapan yang menentramkan hati dan fikiran. Tutur kata yang bijaksana, bermutu atau berkualitas, dan selalu menyesuaikan pada keadaan dan lawan bicara. Maka dikatakan ajining diri kerana lathi. Kehormatan atau harga diri seseorang tergantung pada apa yang ada dalam ucapannya. Dalam pribahasa Indonesia terdapat tamsil berupa peringatan agar mewaspadai mulut kita, “mulutmu harimau mu”. 

Madu Basa adalah seseorang yang pandai mengolah kata sehingga dalam menyampaikan kritikan, penilaian, protes dan nasehat mampu menggunakan bahasa yang simple, mudah dipahami, tidak menyinggung perasaan orang lain dan mudah diterima oleh orang yang dituju. Itulah bahasa akan menjadi “madu” tergantung pada kemampuan kita memadu bahasa. Ibaratnya ikan dapat ditangkap dan airnya tidak menjadi keruh. 

2. Madu Rasa

Meliputi empan papan, tepa selira, unggah ungguh, iguh tangguh, tuju panuju, welas asih, kala mangsa, duga prayoga. Madu rasa adalah bentuk kesadaran tinggi atau kesadaran batin (SQ). Termanifestasikan dalam rasa kasih sayang yang tulus kepada sesama, tanpa membedakan suku, agama, warna kulit, golongan, pandai-bodoh, kaya miskin, drajat pangkat. Sebuah kesadaran batin yang mampu memahami bahwa derajat manusia adalah sama di hadapan Sang Pencipta. Perbedaan kemuliaan hidup seseorang ditentukan tingkat kesadaran lahiriah dan batiniahnya, serta ditentukan oleh perilaku dan perbuatannya apakah bermanfaat atau tidak untuk sesama. 

Seseorang yang menghayati madu rasa, mampu ngemong (mengendalikan) gejolak nafsu diri sendiri, maupun ngemong gejolak nafsu orang lain. Keadaan mental seseorang madu rasa, memiliki kematangan, tangguh, ulet dan tekun, bertekad kuat, gigih dan tidak mudah putus asa, segala sesuatu terencana secara matang, memperhitungan segala resiko. Cermat, cakap, tanggap, empatik dan peduli lingkungan. 

3. Madu Brata

Pertama, Meliputi sikap eling dan waspadha, eling terhadap sangkan paraning dumadi, dan waspadha terhadap segala hal yang menjadi penghambat upaya mencapai nglemu kasampurnan. 

Kedua, madu brata diistilahkan pula keberhasilan sikap sebagai nawung kridha. Untuk menyebut seseorang yang dapat menyaksikan sendiri bahwa dalam menempuh kemuliaan hidupnya diperlukan kesadaran lalu memahami akan karakter, sifat-sifat, tabiat alam, gejala dan tanda-tanda kebesaran Hyang Maha Mulya yang sangat beragam. Madu brata, “madu”nya perilaku dalam menjalani kehidupan ini. Terletak pada kesadaran bahwa manusia sebagai jagad kecil, dan alam semesta sebagai jagad besar memiliki hubungan yang harmonis dan sinergis. 

Namun demikian manusia lah yang harus pandai beradaptasi dan sensitif dalam merespon gejala alam. Madu bråtå sepadan dengan sikap hamemayu hayuning bawånå. Ketiga, pangastuti dan rasa sejati yang dimilikinya dapat dimanage dengan baik, bukan lagi menjadi alam bawah sadar namun telah berhasil membangkitkan kesadaran mutlak yang mampu meredam watak sura dira jayaningrat melebur dalam pangastuti. Seseorang memiliki daya batin yang jinurung ing gaib, yakni sejalan dengan rumus Tuhan yang terangkum dalam hukum alam, atau kodrat alam lahir maupun alam batin sebagai “bahasa” dari kodrat Ilahiah. Maka Idune idu geni (ludahnya ludah api), kehendaknya adalah kehendak Tuhan, sehingga apa yang diucap terwujud (sabda pendhita ratu). 

Senada dengan serat Wedhatama, dapat dilihat dalam Filsafat Widyatama, terdapat dalam suluk Sukma Lelana, karya KRT Ronggo Warsito. Di dalamnya terdapat ajaran tentang Widyatama atau ajaran tentang lakutama, yakni perilaku utama, atau budi pekerti yang luhur. Dikemas dalam bentuk seni sastra dan budaya lainnya yang mengandung nilai filsafat kehidupan adiluhung, dalam rangka meraih kearifan dan kebijaksanaan hidup (ngudi kawicaksanan), serta mengupayakan kesempurnaan hidup (ngudi kasampurnan). Di dalamnya diungkapkan beberapa tataran kesadaran manusia, yakni kesadaran jasad, kesadaran batin dan tentang kesempurnaan (kasampurnan). 

Orang yang ngudi kawicaksanan dan kawaskitan disebut sebagai seorang jalma sulaksana. Kemampuan Hewan dengan Manusia Mengulas tulisan dari awal hingga akhir tampak perbedaan tingkat kesadaran yang amat jauh antara naluri dengan intuisi. Dalam dunia hewan naluri sebagai alat utama yang mampu menjaganya tetap berada pada jalur kodrat alam atau kodrat Sang Pencipta jagad raya. Sedangkan manusia yang hanya berbekal kemampuan akal yang tinggi akan lebih sulit menempatkan diri pada jalur hukum alam atau kodrat Tuhan. 

Hal ini sekilas tampak paradoksal namun kenyataannya demikian adanya. Karena di satu sisi akal manusia keberadaannya di dalam bungkusan nafsu. Resikonya adalah penguasaan nafsu atas jiwa ( Mengenal Jati Diri; Hakekat Neng Ning Nung Nang). Di sisi lain otak manusia dapat berubah menjadi sumber imajinasi yang keliru, resikonya berupa salah tafsir, salah sangka, salah duga, salah kira. Jalan satu-satunya menyelamatkan diri adalah peningkatan akan kesadaran, sehingga mudah memilah mana kebenaran sejati mana kepalsuan. 

Jika manusia tidak memiliki tingkat kesadaran yang layak manusia beresiko tinggi mendapat malapetaka kehidupan karena secara sadar atau tidak dapat terjebak nafsu ragawi dan imajinasi akal yang palsu. Akal sering dibangga-banggakan manusia karena diyakini mampu mengangkat derajat kemanusiaannya. Terlebih lagi manusia mengklaim diri dengan dimilikinya akal menjadikannya sebagai makhluk paling sempurna. Tapi jangan gegabah, akal bagaikan pisau bermata dua. Mata yang satunya dapat memuliakan manusia, mata yang satu lagi sebaliknya dapat menyebabkan sebuah malapetaka besar manusia menjadi makhluk paling hina di dunia. 

Dalam konteks demikian tentunya hewan lebih merdeka dibanding manusia, karena hewan terbebas dari segala tanggung jawab atas kemampuannya. Sebaliknya manusia terbebani untuk memper-tanggung-jawabkan atas segala kemampuan, kelebihan dan kesadaran yang dimilikinya. Hewan tidak punya pilihan sedangkan manusia memiliki berjuta pilihan. Salah memilih resikonya adalah malapetaka di dunia maupun setelah ajal tiba. 

Tidak ada orang pandai yang tidak pernah salah, Tidak ada orang bodoh yang tidak pernah benar. Satu kebenaran intuitif seseorang bagaikan satu bintang di antara trilyunan bintang Sedangkan kemampuan manusia mengungkap kebenaran intuitif Tidak sebanyak jumlah manusia di bumi Apalagi sebanyak bintang di langit
Read more >>

Javanese Tradition

Manusia memiliki kecenderungan ontologis untuk selalu berupaya mencapai kesempurnaan dengan mengetahui kasunyatan (kebenaran sejati). Salah satu upaya tidak saja bersifat rasional (akal-budi) dan empiris (pengalaman jasad) namun merambah dalam unsur rasa di luar jasad (six-sense). Dengan mengasah intuisi atau pemberdayaan indera (ke-enam) sebagai indera perasa kita yang ada dalam rasa sejati (bukan indera perasa jasad). Setiap orang memiliki rasa sejati sebagai indera ke-enam (six sense). Namun demikian six sense kita ibarat masih terbungkus kulit yang tebal. 

Untuk memberdayakan intuisi maka indera ke-enam terlebih dahulu harus dikupas “bungkus”nya yang bermakna nafsu negatif. Hampir senada, Dr. A Ciptoprawiro (dalam bukunya: Filsafat Jawa; 1986) mencoba menjelaskan intuisi dengan mengatakan kesadaran intuitif melibatkan instrumen dasar manusia berupa perasaan & pengetahuan. Perlu saya tegaskan di sini dalam konteks perasaan pengetahuan tersebut harus dibedakan dengan perasaan panca indra. Perasaan pengetahuan merupakan perasaan di luar panca indera jasadiah. Dalam spiritualitas Jawa disebut sebagai rahsa sejati atau rasa jati. 

Untuk mempermudah penggambarannya dapat diperbandingkan dengan arti kata tela’ah, atau berfikir dengan hati. Yakni berfikir secara intutif, dalam terminologi Jawa dikenal sebagai makna dalam ungkapan menggalih (analisa menggunakan rasa). Dalam suasana yang rumit atau saat menghadapi suatu persoalan berat, orang Jawa sering mengatakan, akan melakukan ngenggar-enggar penggalih. Sebagai sebuah cara yang akan meningkatkan kesadaran aku kepada kesadaran pribadi. Kesadaran aku atau kesadaran rasa sejati tidak bersifat statis tetapi dapat berubah dinamis apabila diri kita melakukan upaya-upaya peningkatan kesadaran. 

Tradisi Jawa mengenal tata cara dan menejemen intuisi yang dapat diumpamakan mengupas bungkus yang menutupi indera ke-enam kita. Yakni antara lain dengan cara semedi, maladihening, mesu budi, tarak brata, tapa brata, dan laku prihatin. “Bungkus” adalah kiasan untuk menggambarkan nafsu negatif atau keinginan jasadiah. Setelah nafsu negatif “dikupas” kemudian akan muncul sensitifitas rahsa sejati, yakni berupa indera ke-enam kita yang menjadi “mata tombak” mengungkap kebenaran melalui intuisi. 

Nenek-moyang bangsa kita telah menemukan dan memberdayakan intuisi ini sejak zaman animisme dan dinamisme 1500-100 SM jauh sebelum semua agama-agama “impor” masuk ke bumi nusantara. Tak bisa dipungkiri daya jangkau intuisi mampu mencapai ruang-ruang gaib dengan menyaksikan noumena, berbagai eksistensi metafisika nan mistis. Justru dalam wahana ruang lingkup mistis inilah intuisi dapat berkembang dengan pesat. Hingga sekarang metode intuisi telah mengalami kemajuan sangat pesat khususnya di dalam tradisi dan kebudayaan Jawa yang kental akan mistisism. 

Inilah sejatinya apa yang disebut para ahli spiritual Jawa sejak era sebelum Majapahit sebagai pemberdayaan rahsa sejati dengan cara: nyidhem rahsaning karep, murih jumedule kareping rahsa. Mengendalikan nafsu, agar intuisi menjadi tajam (waskitha). Betapa pentingnya mengendalikan nafsu sampai-sampai dalam segala lini kehidupan tradisi Jawa selalu disipkan pepéling (pengingat) termasuk dalam tradisi kesenian tembang terdapat gaya pangkur. Pangkur bermakna nyimpang såkå piålå, mungkúr såkå nafsu dur angkårå. 

Dalam tradisi Jawa keberhasilan mengolah intuisi dapat dilihat pada kewaskitaan para Pujangga kita yang mampu menjadi sastrawan, seniman dan futurolog masyhur seperti ; KGPAA Mangkunegoro IV, Raden Ngabehi Ranggawarsita, P Jayabaya, RM Sastra Nagara, Mbah Ageng (Ki Metaram) Juru Nujum Sri Sultan HB IX, KPH Cakraningrat dan masih banyak lagi. Di negara barat seperti Nostradamus, Jucelino Noberga da Luz dan Franciscoshabiz (Brazilia), John Naisbitt, Suku Bangsa Maya dll. Berbagai ajaran spiritual Jawa bertumpu pada kekuatan intuisi masing-masing individu. Individu dapat mengembangkan sendiri-sendiri semampunya. Sehingga pencapaian hasilnya berbeda-beda.

Ahli spiritual Jawa tidak mengenal kasta atau derajat pangkat melainkan dapat dicapai siapapun yang “gentur laku” mulai dari wong cilik, rakyat biasa, petani, seniman, pandhita, usahawan, hingga bangsawan. Namun biasanya olah spiritual bangsawan masa lalu lebih terkelola secara rapi dan terorganisir. Hingga sekarang Kraton masih eksis berfungsi sebagai cagar budaya sekaligus menjadi centrum cagar spiritual hasil “olah batin” para leluhur bumi nusantara. Pada saat ini ilmu yang tersimpan di dalam kraton telah dipublikasikan melalui berbagai gubahan, buku-buku kajian budaya dsb. Paling tidak terdapat suatu nilai ajaran yang penting diperhatikan yakni prinsip dalam spiritual Jawa memandang bahwa perbedaan pemahaman spiritual menjadi hal yang sangat lazim dan ditoleransi.

Dalam tradisi Kejawen tidak dikenal kitab suci, nabi, habib, orang suci dsb karena adanya pemahaman bahwa masing-masing orang telah dibekali kemampuan intuitif sejak lahir sebagai talenta untuk menemukan kebenaran sejati. Lagi pula ajaran spiritual Jawa membahas masalah esensi atau hakekat yang berada dalam ruang universalitas nilai. Tidak diperlukan pelembagaan sebagaimana agama-agama di muka bumi. Karena pelembagaan akan beresiko fragmentasi, terkotak-kotak terbatas dalam ruang yang sempit. Konsekuensinya adalah luasnya ruang spiritual dalam wahana batin terjebak pada ruang fisik yang sempit dan penuh keberagaman jasad.

Dalam tradisi spiritual Jawa dikenal istilah ilmu padi, semakin tua semakin berisi, dan semakin merunduk. Disebut juga ngelmu tuwa, yang berhasil meraihnya disebut “uwong tuwa” atau sesepuh. Yang tua bukan fisik atau usianya tetapi ilmunya atau ngelmune tuwa atau orang yang tinggi ilmunya. Maka sejatinya orang yang berilmu tinggi justru semakin rendah hati, berlagak seolah bodoh (mbodoni), namun tetap sopan dan santun berhati-hati dalam berbuat dan berucap. Jika berhadapan langsung pun kadang justru tampak bodoh tak bisa ditebak, misterius, tidak bisa disangka-sangka dan diduga-kira ketinggian falsafah hidupnya.

Bagi yang enggan atau tidak sempat mengolah intuisi bukan berarti gagal total, selama ia masih mau membuka diri dan selalu berpositif thinking. Hanya saja ia tidak dapat menyaksikan langsung kedahsyatan eksistensi beyon side, eksistensi yang ada di luar akal-budi kita (noumena). Setiap orang sebenarnya mudah mengembangkan intuisi dalam diri. Asal mau membiasakan diri ; memperhatikan, mencermati, dan merasakan getaran dalam hati paling dalam, yang tak bisa dipungkiri atau ditolak. Intuisi mengirim getaran sinyal ke dalam hati pada detik-detik pertama, selanjutnya adalah imajinasi yang akan mendominasi akal budi kita.

Imajinasi tidak bisa dipercaya karena memuat segala angan dan khayalan keinginan jasad (rahsaning karep). Sedangkan getaran intuisi dalam hati disebut pula sebagai hati nurani (kareping rahsa). Jika diurutkan cara bekerjanya intuisi adalah sebagai berikut : rahsa sejati (kareping rahsa) — sukma sejati (guru sejati) — getaran hati (nurani) – intuisi — respon otak (imajinasi) Bandingkan dengan kronologi nafsu berikut ini : obyek yang menyenangkan –- panca indera –- hati -– respon otak (imajinasi atau perencanaan pemenuhan hasrat/keinginan jasad) Kesadaran Dalam ilmu Jawa dikenal beberapa tingkatan kesadaran manusia.

Diurutkan dari bawah yakni;

(1) Jasad,
(2) akal-budi,
(3) nafsu,
(4) roh,
(5) rasa (indera ke-enam),
(6) cahya,
(7) atma.

Intuisi setara dengan kesadaran urutan ke lima. Dilihat dari tingkat kesadaran ini manusia dibedakan ke dalam dua kelompok: yakni orang pilihan, dan orang awam.

Orang Awam (kesadaran lahiriah)

Untuk menunjuk tingkat kesadaran seseorang yang mencapai taraf kesadaran jasad, akal-budi, dan nafsu. Dalam tataran ini seseorang masih dapat memahami nilai sopan santun, kearifan, dan kawicaksanan. Namun seseorang belum sampai pada menyaksikan langsung (nawung kridha) atau wahdatul wujud, sebaliknya pengetahuannya hanya berdasarkan ajaran yang tertulis (teksbook, referensi) dan dari mulut ke mulut, kulak jare adol jare, ceunah ceuk ceunah, serta yang tak tertulis namun masih dapat disaksikan melalui panca indera jasad, misalnya berbagai macam fenomena atau gejala alam. Kesadaran yang melibatkan unsur cipta, rasa, karsa. Namun ketiganya bukanlah pengalaman batin sendiri.

Orang Pilihan (kesadaran batiniah)

Untuk memilah seseorang yang telah mencapai kesadaran batin yang meliputi kesadaran jiwa atau kesadaran roh, kesadaran rasa sejati, kesadaran cahya, dan kesadaran atma. Tataran kesadaran ini dalam terminologi Jawa lazim disebut Nawung Kridha atau orang yang berbudi-pekerti luhur, lazim pula disebut orang yang memiliki tingkat spiritual tinggi. Semakin tinggi spiritualitas seseorang berarti tingkat kesadarannya semakin tinggi pula. Disebut juga sebagai satu mungging rimbagan, yakni orang yang telah mencapai kesadaran spiritual dengan ditandai pencapaian tataran curiga manjing warangka, atau dwi tunggal (loroning atunggil), pamoring kawula Gusti, atau manunggaling kawula Gusti.

Dalam agama Budda kurang lebih sepadan dengan orang yang menggapai hakikat Nirvana, sedangkan dalam terminologi Latin sebagai Imago Dei, sementara istilah mistis Arab disebut sajjaratul makrifat yakni orang-orang yang wahdatul wujud. Kesadaran seseorang pada tataran ini dalam memahami hakekat “setan”, surga, dan neraka tidak sama pada umumnya Orang Biasa. Bagi orang pilihan ia akan berani mati sajroning ngaurip (mati di dalam hidup). Artinya nafsu keduniawian atau nafsu jasadiah (rahsaning karep) dimatikan, sedangkan yang hidup adalah rasa sejati (kareping rahsa).

Kegiatan ini umpama mengolah lahan gersang menjadi lahan subur bagi tumbuh dan berkembangnya six-sense kita. Beberapa Tipe Orang Pilihan KRT. Ronggo Warsito dalam karyanya suluk Pamoring Kawula Gusti, berkaitan dengan tingkat kesadaran ini, memilah manusia menjadi tiga tipe yakni :

1.Tipe Etis ; yakni kemanunggalan antara kawula dengan Gusti, hasilnya adalah waskita dan susila anor raga. Orang pilihan tipe etis telah mampu megharmonisasi antara batin dengan perbuatannya. Kemanunggalan manusia setelah melebur ke dalam Zat Tuhan ini digambarkan dalam cerita wayang dengan lakon Wisnu Murti, yakni Prabu Kresna masuk ke dalam tubuh Dewa Wisnu. Atau sebaliknya, Zat Tuhan yang melebur di dalam manusia digambarkan dalam lakon wayang Bimasuci, tatkala Dewaruci merasuk ke dalam tubuh Sena. Penggambaran akan manusia yang menguasai kesadaran triloka yakni alam gaib, kesadaran alam batin, dan alam wadag. Istilah yang digunakan dalam mistis Islam disebut rijalul gaib.

2.Tipe Kosmologis ; yakni olah lahir dan olah batin seseorang melebur dalam kosmos universal dan mengeliminasi egoisme atau individualitas. Orang pilihan tipe kosmos mencapai high consciuousness dengan cara membebaskan diri dari belenggu alam empiris materiil. Tindakan pembebasan dari belenggu alam empiris materiil menuju pada eksistensi transenden. Dalam keadaan ini kesadaran seseorang meningkat dari kesadaran diri materiil, menjadi kesatuan mutlak sebagai bentuk kesadaran rahsa sejati, yakni pemahaman akan kebenaran sejati pada kehidupan ini. Batin kita akan menjadi batin patipurna; batin yang bebas dari polusi, halusinasi, dan imajinasi jasad (akal-budi) semata.

Maka secara emanatif manusia digambarkan akan kembali ke asal muasalnya yakni ke dalam hakekat cahya sejati nan suci. Inilah nilai tradisi Kejawen dalam wahana dimensi vertikal dengan yang transenden yakni; sangkan paraning dumadi. Asal dan tujuan manusia adalah Zat Mahamulya (adi kodrati/ajali abadi). Dalam spiritual Jawa dikenal alam kelanggengan nan suci, atau alam kasampurnan sejati yakni tempat berkumpulnya/kembalinya arwah para leluhur yang berhasil mensucikan diri semasa hidup di dunia. Dengan berbekal kesuksesan mensucikan diri akan menjadi modal utama yang menempatkan roh berada dalam wahana cahya sejati (disebut pula nurulah). Asal roh adalah hakekat cahya yang suci maka roh harus kembali dalam kondisi cahya suci pula. Inikah yang sebenarnya sebagai hakekat “malaikat” ? silahkan anda telaah sendiri.

3. Tipe Teologis ; Tipe ini banyak kemiripan dengan tipe kosmologis hanya saja terdapat perbedaan mendasar dengan adanya istilah-istilah yang berasal dari kitab suci atau ajaran nabi. Pada tipe kosmologis terbuka untuk diperdebatkan secara rasional locic sebagaimana tradisi Kejawen. Sedangkan tipe teologis sangat tertutup bagai monumen sejarah. Sikap kritis sering dianggap menentang, melecehkan dan sesat. Terkesan tipe teologis hanya membutuhkan keyakinan saja. Dari rasa yakin lalu menjadi percaya. Penilaian terhadap kesadaran intuitif manusia, kadang diasumsikan sangat berbahaya mudah tergelincir oleh “bisikan setan”.

Resikonya agama akan mengalami stagnansi bagai monumen sejarah yang untouchable makin lama kian lapuk dan ditinggalkan manusia ultramodern. Tradisi ilmiah beberapa filsuf, sejarawan, antropologi, sosiologi, arkeologi, memandang agama sebagai tipe kesadaran kosmologis manusia masa lampau, yang telah dilembagakan sebagai sistem religi masyarakat tertentu. Dan sistem religi ini dalam perspektif psikologi sosial merupakan bentuk kesadaran relative obyektif sesuai dengan sistem sosial budaya masyarakat di mana suatu agama dahulu dilembagakan. 
Read more >>

Tahap Dalam Meniti Kesadaran

Kesadaran Jasad 

Kesadaran jasad adalah kesadaran tingkat dasar atau awal pada manusia. Kesadaran paling dasar ini terjadi pada waktu bayi baru lahir di dunia belum memiliki kesadaran akal budi. Namun melalui pancaindera raganya telah memiliki sensitifitas merespon rangsang atau stimulus. Misalnya jika tubuh bayi merasakan gerah atau digigit nyamuk reaksi si bayi akan menangis. Reaksi dapat bekerja otomatis karena setiap makhluk hidup dibekali sensor keselamatan berupa naluri. Naluri sebagai alat sederhana yang terdapat di tubuh kita yang berfungsi ganda menciptakan kesadaran sekaligus pelindung diri. 

Melalui naluri inilah sekalipun akal-budi belum mampu mengolah kesadaran namun jasad telah lebih dulu mampu merespon rangsangan-rangsangan yang membahayakan dirinya. Menangis adalah salah satu cara menjaga diri (survival) yang paling alamiah dan sederhana bagi manusia. Namun demikian kesadaran jasad berikut ubo rampe naluri ini masih setara dengan kesadaran yang dimiliki binatang. Misalnya sekelompok burung melakukan eksodus karena akan terjadi pergantian musim. Burung tersebut hanya berdasarkan naluri kebinatangannya saja untuk mengetahui kapan musim segera berganti. Atau induk binatang yang menyusui anaknya hingga usia tertentu kemudian indungnya menyapih. Itu semua bukan berasal dari kesadaran akal-budi melainkan berdasarkan kesadaran jasad saja. 

Kesadaran naluri tidak diperlukan proses belajar karena naluri akan berkembang secara alamiah dengan sendirinya tanpa perlu pendidikan nalar atau akal-budi. Jika ada sekolah gajah di dalamnya bukanlah proses belajar mengajar yang melibatkan kegiatan analisa akal-budi. Hanya berupa pembiasaan naluri (tanpa analisa) dengan cara menyakiti tubuh (hukuman) dan hadiah/menyamankan tubuh (stick & carrot). Pembiasaan naluri ini merupakan cara-cara paling maksimal yang sanggup direspon oleh naluri hewani. Pada tingkat kesadaran ini mahluk hidup tidaklah mengenal nilai-nilai baik-buruk, dan nilai spiritual (roh/jiwa). Akan tetapi perilakunya telah mengikuti hukum alam yang paling sederhana, paling penting, namun mudah direspon semua makhluk hidup. 

Perilaku binatang hanya sekedar mengikuti hukum alam sebagai bentuk harmonisasi dengan alam semesta. Misalnya hukum rimba, siapa yang kuat secara fisik akan memenangkan pertarungan. Semakin kuat binatang, jumlah populasinya semakin sedikit dan tidak mudah berkembang biak. Hukum alam tampak pula pada pola hubungan mata rantai makanan. Binatang pemakan akan lebih sedikit jumlahnya daripada binatang yang dimakan. Sehingga bila salah satu mata rantai makanan mengalami kerusakan akibat ulah manusia akan mengganggu sistem keseimbangan alam. Sedangkan bencana alam yang bersifat alamiah (force major) atau di luar kekuatan manusia pada galibnya merupakan hukum alam pula, yakni proses seleksi alam menuju keseimbangan alam (harmonisasi). 

Pada tahap kesadaran jasad ini tidak ada nilai baik dan buruk. Prinsip kebenaran manakala segala sesuatu berjalan sesuai hukum atau kodrat keseimbangan alam lahir, bukan kebenaran sejati yang ada dalam alam batin. Sekalipun membunuh, binatang tidaklah bersalah, karena ia hanya mempertahankan wilayahnya, atau demi memenuhi kebutuhan perutnya. Setara dengan perbuatan bayi mengencingi jidat presiden bukanlah pelanggaran norma hukum dan norma sosial. Karena kesadaran bayi sepadan dengan kesadaran hewani atau orang hilang ingatan, yakni sebatas kesadaran jasad dan tentunya belum berada dalam koridor konsekuensi norma baik dan buruk. Bayi dan hewan tidak memiliki tanggung jawab sebagai konsekuensi atas kesadaran jasadnya, lain halnya dengan kesadaran akal-budi manusia dewasa. Sudah menjadi kodrat atau rumus alam bahwa semakin tinggi kesadaran makhluk hidup, akan membawa dampak pada tanggungjawab lebih besar pula. 

Kesadaran Akal Budi 

Setingkat lebih tinggi dari kesadaran jasad adalah kesadaran akal-budi atau rasio. Kesadaran akal budi berkaitan erat dengan proses pembelajaran dan sosialisasi (pendidikan). Pada usia tertentu seorang bayi akan mulai belajar memanggil ibunya, ayahnya, bisa tersenyum dan minta susu. Hal itu terjadi karena kesadaran jasadnya telah mengalami transformasi pada kesadaran aka-budi. Ditandai kemampuan akal-budinya merespon rangsangan atau stimulus. Rangsang atau stimulus tak ubahnya data yang akan diproses oleh software akal-budi menggunakan hardware otak. 

Maka kesadaran akal-budi merupakan kegiatan ilmiah yang melibatkan pengolahan data-data. Pada tahap ini upaya manusia mengungkap tabir misteri hukum alam sudah lebih maju karena menggunakan kemampuan rasio atau akal budinya. Selanjutnya kesadaran akal-budi dibagi menjadi dua yakni kesadaran dengan metode penalaran rasio (rasionalisme) dan pembuktian secara empiris (empirisisme). 

1. Kesadaran Nalar 

Sejarah filsafat Barat mencatat ada dua aliran pokok dalam lingkup epistemologi. Pertama, idealism atau rasionalism (Plato), suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peranan akal, idea, category, form, sebagai nara sumber ilmu pengetahuan. Tingkat kesadaran diri akan suatu nilai kebenaran diperoleh melalui kemampuan penalaran rasio saja dalam arti mengandalkan kekuatan logika. Kesadaran akan bertambah secara kuantitas bilamana suatu fenomena yang empiris dapat diterima akal atau memiliki sistematika pemikiran yang logis. Dengan ketentuan ini fenomena sudah cukup dianggap nilai kebenaran walau terkadang bersifat parsial. Kelemahan kesadaran rasionalisme adalah mensyaratkan kita tidak cukup bekal (nggawa latu) sebagai alat komparasi atau landasan silogismenya. 

Rasionalisme dalam menjelaskan realitas berdasarkan atas kategori-kategori akal saja. Aristoteles sebagai penerus Plato melakukan pendekatan realisme menemukan alat ukur yang disebut organon. Prinsip organon mampu menjelaskan segala sesuatu yang ada (fenomenon). Namun Organon sebagai metode pengajaran atau penjelasan yang bersifat deskriptif belum mampu melakukan eksplanasi secara mendalam. Pada akhirnya dengan metode tersebut Aristoteles menyadari tidak mampu bertindak lebih banyak terutama dalam upaya menjelaskan eksistensi di luar diri (being) yang melampaui akal-budi manusia. 

Kesadaran akal-budi bertujuan mengungkap sisi kebenaran akan sesuatu hal yang rasional, realis, dan empiris. Namun kebenaran dalam scope kesadaran ini masih bersifat kebenaran koherensi. Yakni kebenaran dapat diketahui jika ada suatu pernyataan atau premis kemudian diikuti oleh premis yang lain yang mendukungnya. Dari dua premis ini kemudian dapat ditarik kesimpulan (conclusion) sehingga menjadi kebenaran kesimpulan yang sesuai dengan sistematika rasio manusia (logic). 

2. Kesadaran Empirisisme 

Sebagai jawaban atas kelemahan Aristoteles dengan prinsip Organon selanjutnya ditemukan alat ukur lain yang ditemukan Francis Bacon yakni Novum Organum. Bagi Bacon kebenaran sesuatu itu tidak boleh hanya dijelaskan saja tetapi harus dilakukan pembuktian empiris melalui eksperimen. Di dalamnya harus ada proses menjadi. Hal itu memicu kesadaran empiris dengan metode eksperimentasi. Dalam perkembangannya empiricism disebut juga realism yaitu mazab yang lebih menekankan peran indera jasad sebagai sumber sekaligus alat memperoleh pengetahuan. Kedua aliran tersebut lahir di Yunani pada tahun 423-322 SM. Selain kedua aliran tersebut masih ada beberapa aliran lain di antaranya, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dan lain-lainnya. Kesemuanya lahir setelah masa renaissance abad pertengahan di Barat. 

Dalam kesadaran empiris prinsip kebenaran dipahami sebagai kebenaran korespondensi. Yakni kebenaran setelah dilakukan cross-chek antara pernyataan dalam ide atau gagasan, dengan realitas faktual yang ada. Misalnya garam itu asin, menjadi kebenaran bila kita sudah melakukan pembuktian dengan mencicipi rasa garam. Pada tahap ini spiritualitas yang berhasil dibangun baru pada tahap sekulerisme. Semua hukum alam, sains dan teknologi dicapai manusia melalui pengalaman empiris. Para penganutnya disebut mazab empirisisme. 

Kesadaran diperoleh hanya melalui instrumen akal-budi dan indera jasad semata. Konsekuansinya, religi dan sistem kepercayaan serta hukum-hukum alam haruslah dapat diterima dalam batas kemampuan akal-budi dan indera jasad semata. Dalam perkembangan selanjutnya kedua metode pencari kesadaran (kebenaran) di atas dirasakan masih sangat relatif apalagi dalam upaya mencapai kesadaran sejati dirasakan masih teramat jauh karena masing-masing pendekatan terdapat kelemahan secara signifikan. 

Dinamika Kesadaran Ala Barat 

Sejenak kita flash back, sejak ditemukan filsafat sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan manusia untuk meningkatkan kesadaran atau mencari kebenaran. Lahir perpaduan antara cabang filsafat empirisisme dengan rasionalisme yang menuntut eksperimen sebagai upaya verifikasi kebenarannya. Sejak itu sains dan teknologi berkembang, filsafat menemukan cabang-cabang keilmuannya secara luas. Orang mulai mengenal metode meraih kesadaran akal-budinya melalui filsafat ontologi, ephistemologi, dan aksiologi, tiga langkah metodis yang saling berkorelasi sebagai pisau pengupas rahasia hukum alam yang belum terkuak. 

Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan : apakah sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia ? Epistemologi mempunyai persoalan pokok secara garis besar terbagi dua. 

Pertama, persoalan tentang apa yang kelihatan (phenomena/appearance) Apakah sumber pengetahuan? Dari mana sumber pengetahuan yang benar itu datang? Bagaimana cara diketahuinya? Apakah sifat dasar pengetahuan?. Kedua, versus hakikat (noumena/essence): Benarkah ada realita di luar pikiran kita? Apakah kita mengetahuinya? Penggabungan kedua metode tersebut membuat suatu kemajuan pesat di bidang kowledge pada zaman renaissance. 

Ilmu fisika, kimia, biologi, matematika, ekonomi mengalami perkembangan sangat pesat. Hal itu menjadi prestasi besar kesadaran manusia mampu membaca dan mengungkap rahasia-rahasia hukum/rumus/kodrat alam yang masih tersimpan rapat-rapat sebelumnya. Sesuatu yang pada abad-abad sebelumnya dianggap tidak masuk akal, bertentangan dengan hukum alam, pada masa tersebut menjadi sangat rasional, masuk akal dan tak terbantahkan sebagai wujud temuan baru akan hukum-alam. Begitulah manusia di belahan Barat bumi dalam dinamika kesadaran dan menemukan hakekat/essence kehidupan (noumena) di jagad raya ini. 

Manusia selalu berusaha menjabarkan apa sesungguhnya alam semesta ini dan bagaimana sesungguhnya ia terjadi. Planet bulan diketahui memiliki jarak yang sangat jauh dengan bumi, pada zaman dulu pergi ke bulan dianggap hal yang mustahil atau melawan kodrat/hukum alam. Anggapan pesimis tersebut merupakan bentuk keterbatasan kesadaran akal budi dalam menterjemahkan rumus atau hukum alam. Sekalipun hal yang bersifat kasat mata wadag (fenomena) toh tugas menterjemahkan hukum alam sangat rumit dan teramat sulit. 

Namun bila diperhatikan begitu manusia mampu mengungkap rahasia ilmu atau rumus alam semesata tiba-tiba kita supraise ternyata manusia mampu seolah “melawan kodrat” hukum alam. Hanya dengan bekal kurang lebih 300 Milyar Rupiah anda sudah dapat menikmati piknik ke bulan.Penemuan Bacon meskipun efeknya sangat luar biasa namun menemukan keterbatasan pula ketika berhubungan dengan nilai-nilai, kematian, jiwa, roh, kenyataan yang paradoks, Tuhan, realitas yang transenden serta kenyataan yang tidak bisa dieksperimentasi atau dibawa ke laboratorium. Maka Novum Organum tidak mampu menjawabnya. 

Keterbatasan Kesadaran Akal Budi 

Kesadaran tinggi (high consciuousness) diperlukan untuk mengetahui noumena, berupa realitas hakekat atau essence. Dalam rangka membangun kesadaran tinggi pengetahuan akal budi kemampuannya sangat terbatas karena terdapat berbagai kelemahan mendasar. Paling tidak dapat dikemukakan tiga alasan berikut. Pertama, sebatas pengetahuan kognitif (cognitive science). Kesadaran akal-budi semata-mata sebagai bagian dari fungsi otak yang kemudian berkembang (emerge). 

Kesadaran dalam pendekatan ini mengatakan : “…dipandang sebagai berkembanganya jaringan-jaringan yang terintegrasi secara hirarkis. Kesadaran adalah sesuatu yang bertumbuh dari kompleksnya jaringan yang saling terhubung di dalam otak manusia. Kesadaran yang dihasilkan adalah bersifat obyektif atas apa yang bisa dilihat dengan indera atau fenomena. Kesadaran model ini sering digunakan untuk menjelaskan akan kejadian alam yang di dalamnya mengandung rangkaian hukum sebab-akibat. Namun kita harus menyadari bahwa semua data-data sangat terbatas dengan apa yang dapat ditangkap oleh indera jasad. 

Kedua, sebatas penafsiran subyektif. Melalui instrospeksionisme (introspectionism). Di dalam pandangan ini kesadaran dipandang sebagai kesadaran orang pertama yang tertuju pada sesuatu obyek di luarnya. Kesadaran lantas dilakukan dengan cara penafsiran. Penafsiran terhadap realitas didasarkan pada kesadaran langsung yang muncul dari pengalaman sehari-hari dan dialami sendiri dan bukan dari pengamatan obyektif orang ketiga. Kesadaran akal budi pada taraf ini belum mampu menjawab akan energi metafisika yang melampaui fisika. 

Ketiga, bersifat relative-obyektif. Dalam disiplin sosiologi terdapat pendekatan psikologi sosial. Pendekatan ini melihat kesadaran sebagai sesuatu yang tertanam pada jaringan makna kultural tertentu. Dengan kata lain kesadaran adalah produk dari sistem sosial yang ada di dalam suatu masyarakat. Sebagai contoh misalnya teori marxisme dan generasinya (marxianism: sosialisme, komunisme leninisme dan stalinisme). Kapitalisme, konstruktivisme, dan hermeneutika kultural. Semua pendekatan ini berakar pada satu asumsi bahwa kesadaran tidaklah terletak melulu di kepala individu melainkan ditentukan oleh kultur sosial-politik-ekonomi masyarakat. 

Masih dalam perspektif sosiologis sistem kepercayaan masyarakat (agama, ajaran, sistem nilai, kebiasaan, adat-istiadat, dan tradisi) merupakan bagian dari sistem budaya. Sekalipun dianggap sebagai bentuk kesadaran tinggi (spiritual) namun nilai-nilai religi tidak lepas dari jaringan makna kultural tertentu. Dengan kata lain masih berada dalam lingkup relative-obyektif. Hal ini dapat dilihat dari istilah dan bahasa yang terdapat pada kalimat-kalimat suci, serta ritual-ritual atau kegiatan seremonial keagamaan yang kental dengan sistem budaya tertentu. Termasuk nilai-nilai sakral dan mistisnya tampak berkaitan dengan legenda dan sejarah nenek-moyang masyarakat tertentu berupa warisan sistem religi primitif animisme dan dinamisme. 

Kesadaran Intuitif

Menjawab kelemahan Bacon di atas, seorang filsuf P.D. Ouspensky memperkenalkan alat ukur baru yang disebut Tertium Organum. Yakni kebenaran yang bersifat intuitif yang merangkum keduanya, tesisnya bahwa kenyataan itu harus rasional dan harus dieksperimentasi. Namun tidak berhenti di situ saja karena di dalamnya akan terjadi proses perkembangan atau evolusi kesadaran menuju kesadaran tingkat tinggi (higher consciuousness) untuk memperoleh kenyataan tingkat tinggi (higher reality). P.D. Ouspensky menyebut temuan metodenya dengan berbagai istilah: Mistycal Locic, Extase Logic, Paradoxical Logic. Sebuah metode sebagai upaya yang pasti menuju kebenaran kenyataan yang esensial (noumena). 

Tampaknya Ouspensky memiliki kesadaran bahwa realitas di luar rasio belum tentu sebagai sesuatu ke-tidakbenar-an. Bisa jadi hanyalah ketidak-tahuan rasio manusia semata sehingga seseorang seyogyanya membuka diri pada hal-hal yang terkesan irasional sekalipun. Pemikiran Ouspensky mengajak kita agar selalu berpositif thinking dalam memandang segala sesuatu yang masih menjadi tanda tanya besar yang seolah tidak masuk akal atau non-sense. Dengan postulat bahwa manusia itu lebih banyak yang belum diketahui daripada yang sudah diketahui mengenai apa yang terjadi dalam jagad raya. 

Positive Thinking harus dibarengi dengan sikap ragu-ragu. Namun bukanlah ragu-ragu yang menyepelekan, tetapi ragu-ragu agar menjadi tahu (skeptisisme). Dengan kata lain, Ouspensky secara tidak langsung mengatakan orang yang merasa paling tahu atau merasa diri telah mengetahui banyak hal sesunggunya ia orang yang tidak banyak tahu. Mafhum lah kita mengapa sikap para filsuf besar Yunani tampak paradoksal dengan mengatakan bahwa; semakin banyak tahu, justru dirinya merasa semakin banyak yang tidak diketahuinya. 

Teori intuisi menyebutkan bahwa intuisi atau pengilhaman adalah semacam penglihatan yang amat tajam. Karena itu penulis-penulis dilihat sebagai seniman yang memiliki kemampuan berimajinasi atau mengembangkan perasaannya. Sehingga mereka dianggap genius-genius dalam spiritual. Sementara itu Pengertian intuisi menurut Webster Dictionary adalah kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan atau wawasan langsung tanpa melalui penalaran dan observasi terlebih dahulu. 

Senada dengan itu menurut psikolog sosial dan sekaligus pengikut Guru Besar Psikologi Daniel Kahneman pada Princeton University, David G. Myers (Intuition; Its power and perils; 2002) pemikiran intuitif itu layaknya persepsi, sekelebat gambaran, dan tanpa usaha. Kalimat Kahneman yang menjadi pedoman Myers adalah ; ….kami mempelajari berbagai intuisi, beragam pemikiran dan preferensi yang mendatangkan pikiran secara cepat tanpa banyak refleksi. Berangkat dari kesadaran betapa sulitnya membuat suatu teori dalam ranah intuitif yang banyak mengandung misteri kehidupan, lebih lanjut Ken Wilber (dalam: An Integral Theory of Consciousness, 1997) menyarankan agar melakukan pendekatan secara integratif. 

Setidaknya menempuh dua langkah berikut; Pertama penelitian yang berkelanjutan di berbagai pendekatan yang sama-sama ingin memahami fenomena kesadaran manusia. Karena disadari bahwa eksistensi kesadaran adalah suatu enigma, yakni sesuatu yang misterius. Suatu ke-ada-an di balik realitas fisik (metafisika), beyond side. Masing-masing pendekatan yang telah dijabarkan sebelumnya mampu memberikan sumbangan untuk memahami enigma ini. 

Setiap pendekatan penting, dan layak mendapatkan dukungan lebih jauh untuk mengembangkan penelitiannya. Saran Wilber sangat bijaksana, namun demikian, pendekatan integral ini lebih terasa sebagai himbauan moral saja. Ia tidak mengkonsep secara tegas dalam tataran aksiologi sebagai terobosan ilmu pengetahuan. Dasar manusia, tak pernah merasa puas akan hasil pencapaiannya maka dikemukakan lagi pendekatan yang lebih canggih untuk menggali kemampuan intuisi manusia. Disebut sebagai teori energi-energi halus (subtle energies). 

Di dalam pendekatan ini, hipotesis penelitian dilakukan dengan berpijak pada asumsi atau pengandaian, bahwa ada sesuatu yang disebut energi kehidupan yang melampaui fisika. Energi ini mempengaruhi kesadaran dan perilaku manusia secara signifikan. Energi ini memiliki banyak nama lain, seperti tenaga dalam, aura, prana, ki, dan chi. Wilber secara sederhana melihat bahwa energi kehidupan ini merupakan penghubung antara dunia luar yang bersifat material dengan kesadaran manusia, dan sebaliknya, yakni dunia kesadaran manusia yang tertuju pada dunia luarnya.

Meredam Arogansi Ilmiah Jika dilihat sekilas beberapa pendekatan di atas terlihat sangat erat dengan unsur mistik, sehingga tidak jarang kadar ilmiahnya diragukan. Akan tetapi, paling tidak Wilber menegaskan bahwa fenomena kesadaran itu tidak melulu ilmiah, tetapi merupakan suatu misteri. Maka pendekatan apapun sebenarnya bisa membantu kita untuk memahaminya. Dalam hal ini arogansi ilmiah sedapat mungkin harus dicegah. Saran Wilber tersebut patut dijadikan warning, betapa pendekatan ilmiah yang bertumpu pada akal dan paca indera saja seringkali justru membatasi kemampuan manusia dalam mengungkap misteri kehidupan. 

Hegemoni arogansi ilmiah justru membuat manusia teralienasi dengan ke-ada-an misteri kehidupan yang sejatinya. Sama halnya dengan statemen-statemen “orang suci” yang telah menghegemoni kesadaran intuisi umat manusia dengan doktrin yang menciutkan hati. Ironis sekali, sebuah kekeliruan fatal manusia karena ketidakpercayaan akan kemampuan intuisinya sendiri, hanya karena merasa rasio akal-budi adalah segalanya. Secara moral agama sikap tersebut juga menafikkan intuisi sebagai anugrah Tuhan pada diri manusia. Sebaliknya, siapaun yang tertarik mengembangkan intuisi harus meredam arogansi ilmiah termasuk arogansi dogma–dogma, lalu membuka diri pada hal-hal yang ada di luar rasio atau akal-budi kita. 

Jika rasio anda meragukan daya kerja intuisi –bukanlah keputusan yang tepat– bisa jadi hal itu semata-mata karena akal-budi dan rasio belum terbiasa menerima serta menyaksikan sendiri kebenaran intuitif yang ada (being) di luar fikiran kita sebagai kebenaran esensial noumena. Benar kalimat nenek-moyang bangsa kita, Nggawa latu adadamar. Maka ada satu hal yang harus kita sadari sebagai modal utama untuk membuka kesadaran intuitif kita. Yakni, adanya kesadaran bahwa kecenderungan rasio manusia yang sulit menerima sesuatu yang baru dan terlalu rumit untuk dicerna akal-budi, sekalipun hal-hal bersifat empiris dan rasional bagi orang lain yang telah memahaminya. Terlebih lagi hal-hal bersifat hakekat yang abstrak dan gaib. 

Hal ini disebabkan kurangnya pengalaman pribadi, dan informasi yang lengkap serta sarana pembanding lainnya, sebagai data komparatif yang akan diolah rasio. Kesadaran Intuisi Sebagai Sumber Kebenaran Sekalipun gaib/abstrak, daya kerja intuisi dapat dibuktikan secara logic dan empiris. Hanya saja pembuktian terencana dan empiris lebih sulit dilakukan. Karena pada umumnya intuisi tidak terkelola dengan baik sehingga daya kerjanya hanya bersifat spontanitas saja. 

Pembuktiannya juga lebih sering bersifat (seolah-olah) kejadian spontanitas sehingga dianggap kejadian yang “kebetulan” yang tidak ada korelasinya. Seorang enterpreneur sejati, seniman dan orang-orang sukses kadang menggunakan intuisinya untuk memilih mana orang yang tepat sebagai partner, mencermati peluang bisnis dan menciptakan kesempatan emas untuk membangun sebuah usaha. Disiplin ilmu menjadi sekedar alat untuk menggaris bawahi atau menguatkan kebenaran intuisinya di samping sebagai alat pembuktian secara obyektif. Intuisi adalah awal dari kesadaran kita sekaligus menjadi jurus untuk membuka jalan mana yang tepat dan benar untuk dipilih. 

Berbagai tradisi intelektual memperkenalkan teknik mengolah intuisi yang bersifat kontemplatif. Dalam pandangan ini kesadaran berada pada tingkatan yang lebih rendah dari yang seharusnya bisa dicapai manusia. Untuk meningkatkan kesadarannya orang perlu melakukan praktek meditasi dan yoga. Kesadaran yang sesungguhnya hanya dapat dicapai jika orang melakukan praktek tersebut secara konsisten. Tak puas hanya dengan melakukan kontemplasi, terdapat pendekatan Psikologi Perkembangan. Pendekatan ini memandang kesadaran bukan sebagai sesuatu yang tunggal tetapi sebagai dinamika yang terus berkembang di dalam proses. 

Setiap tahap di dalam proses tersebut memiliki perbedaan yang substansial dan harus dianalisis menurut kekhususannya masing-masing. Pendekatan ini juga menyentuh perkembangan-perkembangan unik di dalam diri manusia berupa kemampuan supernatural. Kemampuan ini dianggap sebagai fungsi kognitif, afektif, moral, dan spiritual yang berada di level yang lebih tinggi. Contoh Bekerjanya Intuisi Intuisi adalah hal yang sepele namun tak bisa dianggap sepele. Karena melalui intuisi pula manusia mampu meraih kesuksesan. 

Dengan intuisi pula manusia kadang berhasil untuk mengungkapkan rahasia alam dan kehidupan. Betapa dahulu para ilmuwan diperingatkan jika metode berkembang biak makhluk hidup melalui cloning adalah sebuah ide atau gagasan non-sense dan kontroversial karena bertentangan dengan norma agama serta dianggap bertentangan dengan rumus/kodrat Tuhan (baca: kodrat alam). Namun demikian riset dan ujicoba tak pernah berhenti hingga al hasil benar-benar membuktikan bila makhluk hidup dapat berkembang biak melalui proses pembiakan/penggandaan unsur genetika milik sendiri. 

Sekedar contoh proses diperolehnya kebenaran intuisi terdapat dalam beberapa contoh kasus berikut: Pada tanggal 1 bulan Mei 2006, sewaktu duduk berbincang dan diskusi bersama kawan-kawan, istri tiba-tiba berteriak histeris sambil terkesima, secara tidak sengaja melihat seperti kelebatan gambaran (view) seolah melihat “layar tancap” yang berisi “film” kejadian guncangan gempa dahsyat sekali. 

Dalam kelebatan tersebut sekilas tampak papan penunjuk arah tertera tulisan Ke Jl. Parangtritis, Ke Bantul, Klaten, Yogyakarta. Sehari kemudian jam 18.00 bayangan itu muncul lagi, namun kali ini sekelebat tertera tanggal “27”. Dalam gambaran itu tampak seolah gempa terjadi waktu remang-remang, tidak jelas apakah pagi atau sore hari. Ternyata bayangan itu benar-benar terjadi tanggal 27 Mei 2009. Antara tanggal 1 mei hingga tanggal 26 Mei, status bayangan tersebut belumlah sebagai kebenaran intuisi. Namun ketika gempa benar-benar terjadi persis tanggal dan harinya, barulah bayangan itu menjadi kebenaran intuisi. 

Dalam alur demikian, intuisi diakui sebagai metode pencari kebenaran, sebab masih tetap membutuhkan verifikasi atau pembuktian sebagai alat pengujian kebenarannya. Namun berbeda dengan metode ilmiah lainnya karena dalam metode intuisi kita tidak dapat mendominasi pembuktian intuisi. Posisi kita sebagai obyek intuisi sangatlah determinan, hanya menunggu bukti itu terjadi dengan sendirinya. Selain itu pembuktian empiris intuisi tidak bersifat instan, terkadang memakan waktu cukup panjang melibatkan beberapa generasi usia manusia, rentang waktunya bisa mencapai puluhan hingga ratusan tahun ke depan. 

Artinya, intuisi menjadi kebenaran setelah menunggu puluhan hingga ratusan tahun yang akan datang. Lamanya pebuktian menjadikan intuisi seolah hanya sebagai omong kosong belaka. Contoh lain misalnya; dalam situasi dan kondisi yang teramat darurat anda harus mengambil keputusan yang sangat fital. Tidak ada waktu berlama-lama berfikir, tiba-tiba hati anda tergerak, atau bahkan seolah mendengar “bisikan gaib”, dan hati terasa menemukan kemantaban memilih salah satu jalan keluarnya. Keputusan tersebut lebih cepat dibandingkan dengan proses berfikir anda sendiri. Setelah anda mengikuti suara hati dan “bisikan” tersebut, di kemudian hari anda benar-benar membuktikan sendiri sebagai keputusan yang paling tepat. 

Saya yakin, para pembaca yang budiman pernah mengalami kejadian serupa. Bekerjanya intuisi kita biasanya dimulai dari kasus-kasus sederhana. Sebagai contoh misalnya: anda tiba-tiba merasakan keinginan kuat dari dalam lubuk hati untuk menelpon teman anda yang lama tak ada kabar berita. Setelah anda menelpon ternyata teman anda sedang mengharapkan bantuan anda. Contoh lain misalnya anda tak tahu entah alasan apa namun merasa ingin sekali kembali ke rumah. Ternyata sampai di rumah anda mendapati seorang pencuri mencoba masuk ke rumah anda. 

Anda bebas mengartikan intuisi anda sebagai ilham, ataukah nurani, bisikan gaib, karomah, wangsit, laduni atau sasmita. Ilustrasi yang lain, misalnya anda sedang memikirkan seseorang, tiba-tiba orang yang bersangkutan menelpon atau mengunjungi anda. Jika anda mengelola intuisi bukanlah hal yang sulit untuk menggali potensi besar anda yang masih tersimpan. Tidak mengherankan bila suatu waktu anda dapat menyaksikan warna-warna metafisik berupa warna-warna aura seseorang hanya dengan mata wadag anda. Lebih dari itu anda dapat menjawab teka-teki (enigma), semakin mudah menyaksikan eksistensi gaib (noumena) di sekitar anda. 

Semua masih dalam lingkup daya kerja instrumen jiwa yang bernama intuisi disebut pula six-sense. Alat detektor makhluk halus yang dulu dianggap mustahil diciptakan, akhir-akhir ini manusia-manusia di negara-negara maju seperti Jepang, Jerman dan Amerika dengan pemberdayaan intuisinya berhasil memperoleh temuan baru (discovery) dengan ditemukan alat pendeteksi hantu atau roh. Di negara-negara maju dengan bimbingan intuisi satu misteri kehidupan telah berhasil diungkap bersama teknologi modern. Bahkan apa yang dilakukan para sastrawan dan pujangga nusantara di masa lalu berhasil membuat prediksi-prediksi besar dan satu demi satu sudah terbukti merupakan metode yang jauh lebih canggih dari alat-alat dan metode ilmiah paling kontemporer sekalipun. 

Hal itu menunjukkan kesadaran tinggi manusia (higher consciuousness) tidak sekedar spontanitas semata, namun semakin dapat dibuktikan secara ilmiah dan memenuhi syarat menjadi kenyataan obyektif yang diakui sebagai salah satu metode memperoleh kebenaran. Pertanyaannya; Mungkinkah suatu saat ditemukan kamera canggih yang dapat mengambil gambar wujud roh ? Tidak tertutup kemungkinan ! Mungkin sudah menjadi kodrat/rumus Tuhan bahwa perkembangan kesadaran intuisi (batin) manusia berkembang lebih pesat jauh meninggalkan kesadaran akal-budi. 

Dari contoh-contoh di atas tampak bahwa intuisi bekerja secara misterius, kesadarannya dapat melampaui kecepatan kesadaran akal-budi. Pembuktiannya seringkali tidak bersifat instan. Sehingga kebenaran intuitif kadang sulit diterima akal-budi. Sekalipun menolak intuisi suatu waktu anda dipaksa juga harus mengakui intuisi anda sendiri setelah terjadi peristiwa spontan sebagai pembuktian tak terbantahkan. Lain halnya bagi siapa saja yang sudah terbiasa mengalami dan membuktikan kebenaran intuisi yang dulu berada di luar fikiran menjadi biasa dan tidak aneh lagi. Betapa intuisi mampu “memaksa” alam semesta untuk membuka segenap enigma sebagai noumena, kebenaran esensial yang terjadi di luar kesadaran rasio manusia. 

Pemberdayaan Intuisi ala Timur 

Intuisi sering bersifat spontan disebut pula sebagai given (anugrah dari Tuhan) yang kedatangannya tak dapat kita jadwalkan. Meskipun demikian intuisi dapat dikelola agar dapat dikendalikan dan diatur kapan kita ingin memanfaatkan intuisi. Upaya ini berfungsi mengubah intuisi spontan menjadi kesadaran tetap. 
Read more >>